Harga Emas Dunia Terjun Bebas! Pemegang Emas Was-Was di Tengah Meredanya Ketegangan AS-China

Harga Emas Dunia Terjun Bebas! Pemegang Emas Was-Was di Tengah Meredanya Ketegangan AS-China
Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/1/2020). Pengusaha emas setempat mengaku kenaikan harga emas Antam terutama untuk berat satu gram yang mencapai rekor tertinggi yakni Rp819.000, membuat permintaan logam mulia tersebut menurun sekitar 15 persen. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/ama.

KLIKSUMUT.COM | JAKARTA – Pemegang emas kini diliputi kekhawatiran seiring harga emas dunia terus merosot tajam. Setelah sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, harga logam mulia ini kembali melemah drastis dalam dua hari terakhir. Sentimen global yang mulai membaik, termasuk mencairnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China serta sikap Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua The Fed, menjadi pemicu utama tren bearish ini.

Pada perdagangan Rabu (23/4/2025), harga emas di pasar spot anjlok hingga 2,78% ke posisi US$3.287,48 per troy ons, mencatatkan pelemahan dua hari beruntun. Secara kumulatif, emas sudah merosot 4% hanya dalam dua hari terakhir setelah sempat menyentuh puncak US$3.500,05 per troy ons. Angka tersebut menjadi titik terendah dalam lima hari perdagangan terakhir.

BACA JUGA: Harga Emas Tembus Rekor, Warga Indonesia Tetap Borong! Ini Alasannya

Namun pada perdagangan Kamis pagi ini (24/4/2025), harga emas sempat menunjukkan sinyal perbaikan dengan menguat 0,70% ke level US$3.310,52 per troy ons hingga pukul 06.14 WIB. Meski begitu, tekanan jual masih terasa kuat di pasar.

Trump Lunakkan Sikap, Harga Emas Ambruk

Penurunan harga emas dipicu oleh sikap Presiden Donald Trump yang mulai menunjukkan pendekatan lebih lunak terhadap kebijakan perdagangan dan moneter. Trump menarik kembali ancamannya untuk memecat Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, serta mengisyaratkan kemungkinan menurunkan tarif impor terhadap China.

“Komentar Presiden Trump, termasuk sikapnya yang lebih lunak terhadap Ketua The Fed serta pernyataannya mengenai China, meredakan sebagian besar kekhawatiran pasar dan menjadi tekanan bagi harga logam kuning,” ungkap Giovanni Staunovo, analis dari UBS.

Situasi ini dianggap sebagai sinyal bahwa ketidakpastian geopolitik yang sebelumnya mendongkrak harga emas mulai mereda. Padahal, ketidakstabilan global adalah salah satu faktor utama yang membuat emas dilirik sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Apakah Reli Emas Sudah Berakhir?

Meski saat ini harga sedang terkoreksi, para analis tetap optimistis terhadap prospek jangka menengah hingga panjang emas. UBS bahkan memproyeksikan harga emas akan kembali menguat hingga US$3.500 per troy ons dalam beberapa bulan ke depan.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa reli emas mulai kehilangan tenaga.

“Reli emas mungkin telah mencapai titik balik,” ujar analis BTIG dalam laporannya.

Volume perdagangan besar-besaran pada hari Selasa (22/4) mendukung asumsi tersebut. Berdasarkan data Facsheet, volume transaksi Saham Emas SPDR (GLD) mencapai 35,2 juta saham, tertinggi sejak Maret 2022. Dalam nilai nominal, hari itu menjadi transaksi terbesar sejak 2013 berdasarkan harga penutupan dana tersebut.

Proyeksi Menggembirakan dari JPMorgan

Di sisi lain, JPMorgan tetap memproyeksikan masa depan emas yang cemerlang. Bank investasi raksasa tersebut memperkirakan bahwa harga emas bisa menembus tonggak sejarah baru, yaitu US$4.000 per troy ons pada tahun depan, didukung oleh ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi serta potensi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Harga Emas Dunia Terkoreksi Usai Cetak Rekor Tertinggi, Apakah Saatnya Buyback?

Sentimen Global Masih Rentan

Meski ketegangan antara AS dan China saat ini mereda, Dana Moneter Internasional (IMF) tetap memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global, termasuk AS. Kebijakan tarif dari Trump menjadi salah satu alasan utama revisi penurunan peringkat tersebut.

Kondisi ini masih berpotensi menghidupkan kembali sentimen pasar terhadap emas sebagai aset lindung nilai, terutama jika ketidakpastian kembali meningkat.

Harga emas dunia memang tengah mengalami koreksi tajam setelah reli panjang. Namun, dinamika geopolitik dan ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil membuat logam mulia ini tetap menarik untuk diwaspadai. Investor dan pemegang emas diimbau tetap mencermati sentimen pasar dan arah kebijakan moneter global untuk mengantisipasi pergerakan harga yang tidak menentu. (KSC)

Pos terkait