KLIKSUMUT.COM | JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global, terutama antara AS dengan Uni Eropa dan China. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup di level Rp16.240 per dolar AS, menguat 0,28% pada perdagangan Senin (2/6/2025).
Penguatan rupiah ini terjadi seiring dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang terpantau turun 0,56% ke posisi 98,78 pada pukul 14:57 WIB. Angka ini turun signifikan dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya pada Jumat (30/5/2025) yang berada di level 99,33.
BACA JUGA: Rupiah Melemah ke Rp16.285 per Dolar AS, Dipicu Penguatan Indeks Dolar dan Data Ekonomi AS Positif
Dolar AS Tertekan Isu Perdagangan, Trump Gandakan Tarif Baja dan Aluminium
Tekanan terhadap dolar AS datang setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan baru yang mengejutkan pasar global. Trump menyatakan akan menggandakan tarif impor terhadap produk baja dan aluminium hingga 50%, yang akan mulai diberlakukan pada hari Rabu pekan ini. Langkah ini disebut sebagai respon terhadap ketidakseimbangan perdagangan dengan Uni Eropa dan China.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan China pun kembali memanas. Trump menuduh Beijing melanggar kesepakatan gencatan senjata perdagangan yang disepakati sebelumnya, sehingga memicu kekhawatiran baru di pasar global.
“Dalam jangka panjang, akan semakin jelas bahwa pemerintah AS tidak berniat meninggalkan tarif,” ujar analis Commerzbank, Michael Pfister, dalam catatan analisnya.
Pasar Menanti Pertemuan Trump dan Xi Jinping
Meski ketegangan meningkat, sinyal positif muncul dari pernyataan Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, yang menyebutkan bahwa pembicaraan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping kemungkinan besar akan digelar secepatnya dalam minggu ini.
Pernyataan ini memberikan sedikit harapan bagi pelaku pasar bahwa konflik dagang dua negara ekonomi terbesar di dunia itu dapat mereda dalam waktu dekat.
Fokus Pasar Beralih ke Data Ekonomi AS
Di tengah sentimen geopolitik yang tinggi, pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke serangkaian rilis data ekonomi penting dari AS yang dijadwalkan minggu ini. Salah satunya adalah laporan ketenagakerjaan bulanan (Non-Farm Payroll/NFP) yang akan dirilis Jumat mendatang. Data ini dinilai akan memberikan gambaran lebih dalam mengenai dampak ekonomi dari kebijakan perdagangan AS yang semakin agresif.
BACA JUGA: Pengamat: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Berpotensi Membaik
Analis: Rupiah Berpeluang Melanjutkan Tren Penguatan
Penguatan rupiah hari ini dinilai sebagai cerminan dari sentimen pasar yang lebih memilih aset berisiko di tengah pelemahan dolar. Meski demikian, analis tetap mengingatkan potensi volatilitas yang tinggi jika ketegangan perdagangan kembali meningkat.
“Jika eskalasi tarif berlanjut tanpa solusi konkret, rupiah bisa kembali tertekan. Namun saat ini pasar merespons positif kemungkinan dialog antara AS dan China,” kata ekonom Bank Mandiri, Arief Hidayat.
Nilai tukar rupiah menguat ke Rp16.240/US\$ di tengah melemahnya dolar akibat kebijakan tarif Presiden Trump dan ketegangan dengan China dan Uni Eropa. Sementara pasar menunggu perkembangan pembicaraan antara AS-China dan data ekonomi AS akhir pekan ini, investor tetap disarankan waspada terhadap dinamika global yang terus berubah. (KSC)