Harga Emas Anjlok 3 Hari Berturut, Dolar AS Menguat dan Ketegangan Perang Dagang Mereda

Harga Emas Melemah Sementara, Rekor Tertinggi Dunia Pecah: Investor Semakin Optimis Emas Tembus US$3.500 per Troy Ons
Foto: emas gold. (CNBC)

KLIKSUMUT.COM | JAKARTA – Harga emas dunia terus merosot tajam dalam tiga hari terakhir, dipicu oleh meredanya ketegangan perang dagang dan menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Status emas sebagai aset safe haven pun mulai kehilangan sinarnya.

Berdasarkan data Refinitiv, harga emas pada perdagangan Rabu (28/5/2025) ditutup melemah 0,31% ke level US$ 3.289,31 per troy ons. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif emas menjadi tiga hari berturut-turut, dengan total penurunan mencapai 2,06%. Harga tersebut sekaligus menjadi yang terendah sejak 20 Mei 2025.

BACA JUGA: Harga Emas Dunia Anjlok ke Bawah US$3.300, Dampak Penangguhan Tarif Trump ke UE

Pada pagi hari ini, Kamis (29/5/2025) pukul 06.22 WIB, harga emas dunia kembali tertekan ke US$ 3.269,52 per troy ons, atau melemah 0,6%.

Fluktuasi Tinggi, Pasar Emas Kehilangan Arah

“Pasar emas belakangan ini cukup fluktuatif, hanya bereaksi terhadap berita fundamental harian tanpa aksi harga yang jelas atau tren signifikan,” ujar Jim Wyckoff, analis senior dari Kitco Metals, dikutip dari Reuters.

Salah satu penyebab utama merosotnya harga emas adalah menguatnya dolar AS. Pada perdagangan kemarin, indeks dolar ditutup di level 99,8, naik signifikan dari hari sebelumnya yang berada di 99,52. Dolar yang lebih kuat membuat pembelian emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga menekan permintaan.

The Fed Bersikap Hati-hati, Pasar Waspada Risiko Resesi

Dari sisi kebijakan moneter, risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dirilis Rabu malam waktu AS menambah kehati-hatian investor. The Fed menyoroti potensi dilema kebijakan antara pengendalian inflasi dan meningkatnya risiko pengangguran serta resesi.

Pertemuan tersebut dilakukan di tengah memanasnya tensi perdagangan global, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump soal tarif impor besar-besaran. Meski sejumlah tarif akhirnya ditunda, pasar tetap waspada terhadap dampak jangka panjangnya.

Emas Masih Jadi Pilihan Investasi Jangka Panjang

Meski sedang tertekan, emas tetap menunjukkan performa luar biasa sepanjang tahun ini. Logam mulia ini telah naik 26% sejak awal tahun dan mencetak rekor tertinggi pada April 2025 lalu.

Goldman Sachs bahkan tetap merekomendasikan peningkatan alokasi emas dalam portofolio jangka panjang, dengan mempertimbangkan faktor risiko terhadap kredibilitas institusi AS, tekanan terhadap The Fed, serta tingginya permintaan dari bank sentral global.

Sementara itu, impor emas ke Swiss dari AS dilaporkan melonjak pada April ke level tertinggi bulanan sejak setidaknya 2012, setelah emas dikecualikan dari kebijakan tarif impor AS.

Prediksi Harga Emas dan Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Jigar Trivedi, analis senior dari Reliance Securities, emas berpeluang rebound seiring munculnya aksi beli oportunistik pasca penurunan tajam.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Harga Emas Dunia Tembus US$3.300, Siap Melonjak ke US$3.800 Didukung 3 Faktor Pemicu Utama

Senada dengan itu, Han Tan dari Exinity Group menyatakan bahwa harga emas bisa kembali naik jika data inflasi AS, yakni Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis Jumat ini, lebih rendah dari perkiraan. Hal ini bisa membuka peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan mendorong kembali minat terhadap emas.

Bank investasi besar seperti BNP Paribas memproyeksikan bahwa harga emas berjangka AS bisa mencapai US$ 3.685 pada kuartal ketiga dan rata-rata US$ 3.850 pada kuartal keempat 2025. (KSC)

Pos terkait