Tumbuh Bersama PNM, Ibu Tiar Bangkit dari Kehidupan Pinggir Rel Kereta

Tumbuh Bersama PNM, Ibu Tiar Bangkit dari Kehidupan Pinggir Rel Kereta
Seorang perempuan bernama Ibu Tiar menjalani hari-harinya dengan semangat luar biasa. (kliksumut.com/ist)

KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Di sebuah rumah kayu di pinggir rel kereta api yang masih aktif di sudut Kota Medan, seorang perempuan bernama Ibu Tiar menjalani hari-harinya dengan semangat luar biasa. Di balik keterbatasan fisik akibat penyakit tulang, ia tetap bekerja keras mengumpulkan rongsokan, memilah sampah, dan membangun masa depan.

Kehidupan Ibu Tiar mungkin tampak sederhana. Namun di balik dinding kayu rumahnya, tersimpan cerita ketangguhan dan ketekunan. Bersama suaminya, ia memulai usaha pengepulan barang bekas dari nol hanya berbekal karung bekas. Mereka mengumpulkan gelas plastik, botol, dan limbah rumah tangga yang bisa didaur ulang.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: PNM Liga Nusantara: Sumut United Dinobatkan Sebagai Juara Usai Tuntaskan Perlawanan Tornado FC

Awalnya, keterbatasan modal dan wawasan menjadi tantangan terbesar mereka. Hingga suatu hari, Ibu Tiar mengenal program pembiayaan dan pendampingan usaha PNM Mekaar. Dengan pinjaman awal Rp2 juta, ia membeli bak besar sebagai tempat penampungan barang bekas dan  memulai tambahan usaha kecil lain yaitu menjual pulsa dan gas elpiji 3kg untuk menambah pemasukan keluarga.

Tak hanya menjadi penerima manfaat, Ibu Tiar mengambil peran aktif sebagai ketua kelompok “Bahari”. Ia rajin mengikuti pelatihan dan kegiatan yang diselenggarakan PNM, dari pelatihan kewirausahaan hingga manajemen keuangan. Dari pelatihan itu, Ibu Tiar belajar banyak hal baru seperti mencatat pemasukan, menyusun strategi usaha, hingga memperluas jaringan pemasaran.

Perjalanan itu tak mudah, tapi perlahan menunjukkan hasil. Dalam kurun waktu enam tahun, usaha Ibu Tiar berkembang pesat. Rumahnya tak lagi hanya tempat tinggal, tetapi juga menjadi pusat pengepulan barang bekas di lingkungan sekitarnya. Dari pinjaman awal Rp2 juta, kini ia mampu mengelola pinjaman hingga Rp11 juta dan terus aktif menjadi nasabah binaan Mekaar.

Lebih dari sekadar usaha, Ibu Tiar kini menjadi inspirasi. Ia memberi contoh bahwa keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk mandiri secara ekonomi. Ia juga menginspirasi ibu-ibu di sekitarnya untuk berani memulai usaha dan memanfaatkan potensi yang ada, sekecil apa pun.

“Usaha yang sungguh-sungguh, dibekali doa dan kesabaran, pasti akan berbuah hasil. Tapi saat berhasil, jangan lupa dari mana kita memulainya,” pesan Ibu Tiar yang ia pegang teguh sampai hari ini.

Menurut Pemimpin Cabang PNM Medan Benny Satria kisah seperti Ibu Tiar adalah bukti bahwa pemberdayaan perempuan melalui usaha ultra mikro memiliki dampak luar biasa, tidak hanya bagi keluarga, tapi juga komunitas.

BACA JUGA: PNM Liga Nusantara: Sumut United Menang Tipis atas Persiba Balikpapan

“Hebatnya perempuan mereka bisa menjadi pilar ekonomi keluarga, bahkan motor perubahan sosial di lingkungannya. Inilah yang menjadi semangat PNM untuk terus mendampingi, memberdayakan, dan membangun Indonesia dari akar rumput,” ujarnya.

Kini, Ibu Tiar tidak hanya menafkahi keluarganya dari usaha pengepulan, tetapi juga membangun ekosistem produktif di lingkungannya. Ia menjadi simbol bahwa perjuangan tidak mengenal batas, dan harapan bisa lahir dari tempat yang tak terduga—bahkan dari tumpukan rongsokan di halaman rumah. (KSC)

Pos terkait