Puluhan PTS Sumut Belum Berbasis Mutu, LLDikti Wilayah I Dorong Merger

Puluhan PTS Sumut Belum Berbasis Mutu, LLDikti Wilayah I Dorong Merger
Kepala LLDikti Wilayah I, Prof Drs Saiful Anwar Matondang MA PhD. (Foto: kliksumut.com/Ist)

EDITOR: Bambang Nazaruddin
REPORTER: Swisma

KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Prof Drs Saiful Anwar Matondang MA PhD mengatakan, perguruan tinggi swasta (PTS) yang mengutamakan mutu diyakini jumlah mahasiswanya meningkat. Sedangkan kampus yang “mengobral” mutu, maka jumlah mahasiswanya bisa anjlok.

Bacaan Lainnya

“Kampus-kampus yang tidak memperhatikan mutu itu bahkan mengobral mutu memang ada. Dampaknya sekarang rata-rata tidak banyak mahasiswanya. Tapi saya tak perlu tunjuk dan beberkan nama-nama PTS-nya,” kata Prof  Saiful di kantornya, Jalan Sempurna, Setia Budi Medan, Kamis (9/1/2025).

Kendati demikian, banyak juga kampus yang menjamin mutu kuliahnya dengan ketat, kehadiran dosennya on time demikian pula pelaporan nilainya selalu on time dan perkuliahan sesuai dengan proses silabus.

Menurutnya, para orang tua dan mahasiswa sekarang sudah cerdas untuk memilih PTS yang tidak mengobral mutu, melainkan yang mementingkan mutu.

Diakui Saiful, sedikitnya ada 20-an PTS yang terkesan mengobral mutu. Namun dia tidak mau menyebutkan kampus itu “abal-abal”. Tapi, kampus yang belum berbasis mutu atau belum berorientasi mutu.

“LLDikti Wilayah I mengapresiasi PTS banyak yang berbasis mutu. Bahkan ada yang unggul, karena mereka menyadari pentingnya mutu,” kata Saiful.

Sebagai sosok yang inspiratif di dunia pendidikan di Sumatera Utara ini, dia melakukan beberapa upaya untuk memotivasi PTS tersebut agar meningkatkan mutunya.

Salah satu upaya itu, pihaknya mendatangi kampus tersebut dan melakukan sosialisasi, bimbingan, dan arahan.

Diungkapkannya, dari sekira dua puluhan PTS yang belum berbasis mutu itu sebagian besar terdiri dari akademi yang jumlah mahasiswanya sedikit. Malah ada yang tidak sampai 20 orang per prodinya.

Prof Syaiful mengungkapkan, berdasarkan pengamatannya, kampus-kampus yang kurang mahasiswanya itu di dua tahun terakhir ini  akibat belum berbasis mutu.

BACA JUGA: LLDikti Wilayah I Sumut Raih Penghargaan Kemendikti Saintek 2024: Apresiasi Kinerja Gemilang PTS di Sumut

“Ada sekira 20 atau 25 kampus. Kami sudah surati, panggil  dan mendatangi dengan mengarahkan supaya orientasinya adalah mutu karena masyarakat sekarang sudah tahu mutu. Kalau tidak bermutu, berarti terancam bisa tutup. Kami tidak mau menutup tapi  mencoba untuk membujuk,” ungkapnya.

Dijelaskannya, pada penerimaan mahasiswa baru di kampus tersebut jumlahnya  tidak sampai 20 orang  satu angkatan. Jadi bagaimana kampus itu akan berkelanjutan membayar dosen atau biaya operasional.

Saiful menganologikan, kalau kampus itu rinciannya 10 mahasiswa dialokasikan untuk biaya operasional, 10 lagi  bayar gaji dosen dan 10 lainnya untuk pengembangan Yayasan. Selain itu sumber dana juga diperlukan untuk kebutuhan biaya internet, menambah ruang dan fasilitas lainnya.

“Jadi, kalau mahasiswanya kurang dalam satu angkatan itu tidak sampai 30, maka kampusnya sulit untuk berkelanjutan,” paparnya.

Untuk itu LLDikti Sumut sedang berusaha mengatasi permasalan tersebut. Menurutnya salah satu solusi atau cara, yaitu meminta kampus untuk merger dengan kampus yang besar.

“Kami dorong kampus itu supaya bergabung ke universitas yang kuat supaya kelemahannya itu bisa ditutupi dengan subsidi oleh kampus yang kuat atau diserahkan kepada yayasan yang kuat,” katanya.

Menurutnya kalau jumlah mahasiswa per angkatan dalam satu prodi di bawah 20 orang, maka kampus itu  tidak bisa berkembang. Ini karena idealnya harus punya minimal 30 mahasiswa.

Dia juga menegaskan, LLDikti tidak mau menutup kampus yang kondisinya seperti itu. Jalan satu-satunya, sebut Prof Saiful, LLDikti membujuk untuk diserahkan atau gabung ke kampus yang kuat.

“Saya kan antropolog, yang  melakukan pendekatan dengan berulang-ulang. Jika sekali  tidak berhasil, bulan depan saya panggil lagi yayasannya. Bulan ketiga dipanggil lagi sampai luluh hatinya untuk menyerahkan ke yang lebih kuat, karena tidak ada gunanya mempertahankan kalau uang dan SDM tidak cukup. Lebih baik merger saja ke kampus yang besar,” imbuhnya.

Saiful yang dipercaya sebagai International Peer Reviewer untuk publikasi yang terindeks Web of Science di TR New York dan menjadi Language Editor untuk sejumlah jurnal internasional seperti DOAJ, OAJI, Copernicus, dan Scopus ini menjelaskan, jika kampus itu merger,  ada dua yang didapat yakni kompensasi atau punya saham di situ.

BACA JUGA: Kepala LLDikti Sumut: Banyak Dosen Melakukan Plagiarisme

Terkait untuk proses merger, katanya, LLDikti juga memberi bantuan kepada perguruan tinggi itu dalam proses merger berupa uang berkisar 170 sampai 180 juta rupiah untuk mengurus administrasinya.

Setelah terjadi penggabungan atau merger, katanya LLDikti akan melihat perkembangannya.

“Intinya, kita tidak mau menutup kampus yang seperti itu. Tapi kita membujuk dan memfasilitasi untuk
penggabungan atau merger kepada yang kuat,” pungkasnya seraya menyebutkan saat ini total jumlah PTS di Sumut sebanyak 198 karena telah merger 10 yang sebelumnya 208 PTS. (KSC)

Pos terkait