Hal itu diungkapkan oleh Dirut PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi, Khairuddin, Selasa (7/4/2020) di kantornya Jalan Pusara Pejuang Kota Tebingtinggi saat dikonfirmasi sejumlah wartawan atas keluhan warga yang sudah resah.
“Wajar mesin air milik PDAM untuk ke pelanggan sudah tua, dan dimohon pelanggan agar bersabar tahun 2021 pemerintah akan mengganti mesin,” sebutnya kepada wartawan tanpa ada beban.
Baca juga : Pemko Tebingtinggi Serius Antisipasi Pandemi Covid-19
Bahkan Dirut mengakui bahwa selam tahun ini sering mati dan tetap menagih tagihan kepada sejumlah pelanggan tanpa ada potongan.
“Jadi selama 2020 ini pelanggan harus menderita karena air sering mati, dan harus menunggunya sampai 2021, sedangkan setiap bulan mereka tetap membayar tagihan tetap tanpa ada potongan?,” jelas Khairuddin sembari meminta para wartawan agar jangan diberitakan.
“Janganlah gak enak sama pak wali kalau diberitakan,” mendengar ucapan seperti itu, menggambarkan ia tidak memperdulikan pelanggannya karena sering kali air mati, dan lebih mementingkan perasaan Wali kota Tebingtinggi.
Di tanyak lebih lanjut, berapa jumlah pelanggan dan berapa pendapatan PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi, ia mengatakan bahwa pelanggan kurang lebih ada 10.400, dan pendapatan PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi kurang lebih hampir 500 juta rupiah dalam satu bulan.
Khairuddin juga menjelaskan setiap bulannya 30 persen dari pendapatan PDAM Kota Tebingtinggi, yakni 150 juta rupiah, dialokasikan untuk dana perbaikan mesin yang kerap kali rusak tersebut.
“Sebanyak 150 Juta dari penghasilan untuk dialokasikan dana perbaikan mesin,” jelasnya lagi.
Sementara itu, ditempat terpisah para pelanggan PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtingggi yang sudah bertahun tahun menggunakan air bernama Davit Simanjuntak, Selasa (07/04/20) kepada media mengatakan bahwa sangat kecewa terhadap pelayanan yang diberikan oleh PDAM, pasalnya dalam kurun waktu Maret-April, air PDAM sudah 3 kali mati, bahkan air mati bisa sampai 10 jam.
“Bukan hanya air mati, setiap hari air PDAM miliknya mengeluarkan lumpur apabila dihidupkan, hal ini jelas sangat menjengkelkan, dan menjadikan kerjaan bagi saya untuk menguras bak air milik saya berulang kali,” sebut Davit.
Selanjutnya, ia pun mengatakan Dirut PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi, Khairuddin, harus bertanggung jawab atas segala permasalahan yang dihadapi PDAM saat ini.
“Karena selama dalam kepemimpinan beliau mesin di WTP 2 sangat sering rusak dan penanganannya sangat lama dan saya punya rencana untuk beralih ke pompa air,” ungkap Davit.
Baca juga : Pemko Tebingtinggi Serius Antisipasi Pandemi Covid-19
Disampaikannya bahwa penjelasan Dirut PDAM Kota Tebingtinggi tentang biaya perbaikan, beliau seperti membuang buang anggaran untuk perbaikan, karena setiap bulan beliau menggeluarkan anggaran hingga 150 juta.
“Apa mungkin hanya biaya perbaikan sampai segitu besar? Mari kita cermati dengan seksama,” jelasnya.
Jawaban jawaban yang di lontarkan dirut PDAM tersebut tentu menjadi pertanyaan, dengan anggaran biaya segitu besar kenapa masih sangat sering air PDAM mati.
“Maka mari bersama sama kita awasi kinerja PDAM Tirta Bulian Kota Tebingtinggi, karena dirasa ada yang kejanggalan,” tambahnya. (windu)