EDITOR: Bambang Nazaruddin
KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Buku bertitle “Kenapa Harus Ayah” karangan Muhammad Qodri Parinduri merupakan sebuah autobiografi yang menceritakan perjuangan seorang anak yang tidak mendapat kasih sayang dari seorang ayah.
Buku ini merupakan karya perdana alumni S1 dan S2 Psikologi Universitas Medan Area yang bercerita tentang anak yang tumbuh tanpa sosok ayah bisa mengalami tantangan emosional.
Autobiografi ini berkisah tentang kehidupannya dan mengenang kejadian yang buruk di masa lalu bersama keluarga menjadikan semua harapan dan kebahagian pupus ditelan oleh prahara yang menyakitkan. Hal ini memberikan nilai kebahagian di waktu yang tepat.
Autobiografi ini dirilis bersamaan dengan momen pernikahan Muhammad Qodri Parinduri yang bahagia. Agar kenangan dimasa lalu menjadi pelajaran penting dan memberikan kebahagian untuk orang banyak.
Kehidupan merupakan sebuah hal yang harus dijalani dengan tujuan mencapai kebahagian, banyak hal-hal di dalam hidup ini bisa memberikan suatu kebahagian dengan situasi-situasi tertentu, pada hal ini diperuntukan untuk orang-orang yang memiliki keluarga, mengapa demikian, karena keluarga merupakan lingkungan ternyaman untuk mendapatkan hak dalam kehidupan.
Cerita ini menceritakan kisah kakak beradik (Rachel dan Ringgo) yang diambil dari kisah nyata. Kisah ini bermula Di perkampungan di desa di kawasan Rindam telah lahir dua orang anak dari rahim seorang ibu yang sangat hebat.
Tepatnya pada 15 Maret 1992 dan adiknya 10 Desember 1996 mereka diberikan nama Rachel dan Ringgo, mereka hidup di tengah kondisi beragam, ibunya menikah di usia 16 tahun dengan ayahnya 31 tahun terpaut 15 tahun perbedaan umur dari sang ibu.
BACA JUGA: FEB USU dan IPOSS Gelar Bedah Buku dan Diskusi Palm Oil Palm Oil Sustainability
Menikah tanpa persetujuan orang tua, yang ditentang, dan pada akhir menikah di kota yang berbeda tanpa adanya pihak wali dari sang ibu. Tak banyak yang mengharapkan pernikahan seperti ini tapi pada akhirnya karena kondisi inilah Rachel dan Ringgo berada di tengah keluarga tersebut.
Setiap kehidupan bernilai suatu kebaikan dan kebahagian semua berhak mendapatkannya. Di masa perjalanan hidup selalu mendapatkan rintangan berbagai masalah yang harus dihadapi.
Bisakah kami (Rachel dan Ringgo) menikmati kebahagian ini? Kata orang-orang keluarga adalah tempat ternyaman, namun tidak dengan kami. Seorang ayah yang seharusnya memberi keteladanan yang dapat dijadikan panutan, malah berubah menjadi penyebab hancurnya kebahagiaan kami.
Masa kecil kami yang begitu indah seketika ambar karena ayah tak mampu menahan hasratnya. Pikiran kami kalut dan tak bisa berpikir jernih. Bahkan ingin rasanya mengakhiri hidup. Namun Kesadaran itu masih ada. Dalam hati kami bertekad bahwa kesempurnaan dan kebahagiaan akan kami dapatkan nanti. Hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan Ya Rabb.
Hidup tidak seindah yang kita bayangkan kadang ada rasa suka dan ada duka yg mendalam. Semua karna allah ingin berikan yang terbaik bagi kita. Dulu kami memang pernah hancur, namun izinkanlah kami untuk menatap masa depan dengan cerah tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam.
Ibunya yang berusaha memberikan pendidikan dan makanan terbaik. Banting tulang menjadi buruh cuci demi memberikan hidup layak untuk anaknya. Perjuangan Ringgo untuk bangkit tidaklah mudah. Ia menyalahkan keadaan, namun ia berusaha memaknai setiap keadaan yang merupakan takdir dari Allah.
Akhirnya Ringgo berkeinginan untuk bertemu lagi dengan ayahnya dan ingin meraih kebagagiaan itu bersama ayah.
“Autobiografi ini berisikan tentang rendahnya tingkat kepercayaan diri hal ini disebabkan tanpa figur ayah, anak mungkin merasa kurang percaya diri dalam mengambil keputusan dan menghadadi tantangan hidup”, ujar Muhammad Qodri Parinduri di Medan, Selasa (4/2/2025).
BACA JUGA: Bedah Buku 37 Masalah Populer UAS, Gubsu Harap Ustaz Lebih Berani dari Umara
Qodri menuturkan kesulitan mengelola emosi tentunya anak fatherless cenderung mengalami kesulitan mengontrol emosi karena kurangnya contoh dalam menghadapi konflik atau tekanan. Rentan mengalami stres dan depresi disebabkan kehilangan figur ayah dapat meningkatkan risiko stres dan depresi karena kurangnya dukungan emosional.
Qodri menambahkan kesulitan dalam hubungan sosial, mereka bisa mengalami kesulitan membangun hubungan dengan orang lain, terutama dalam membangun kepercayaan dan komunikasi. Kurangnya motivasi dan prestasi akademik. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak tanpa ayah lebih rentan mengalami penurunan motivasi belajar. Lantas bagaimana cara mengatasinya semua itu ada di autobiografi “Kenapa Harus Ayah”.
“Autobiografi ini berisikan 136 halaman yang dicetak penerbit Bukunesia Yogyakarta dan akan launching pada tanggal 24 Februari 2025 mendatang”, tutupnya. (KSC)