Mahasiswa USU Berbagi Pengalaman Ikuti Kampus Mengajar Kemendikbudristek

MEDAN | kliksumut.com Menjalani masa kuliah di luar kampus menjanjikan ragam pengalaman berbeda, mengajar anak-anak sekolah, berinteraksi dengan para guru dan orangtua murid, serta masyarakat adalah sederet tawaran menarik dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM.

Kampus Merdeka yang diselenggarakan  Kemendikbudristek RI itu merupakan sebuah program yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kelas selama 1 semester.

BACA JUGA: Kembangkan Teknologi AI, USU Jalin Kerja Sama dengan Institute Teknologi Muroran Jepang

Pada program tersebut mahasiswa menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pengembangan strategi dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif di satuan pendidikan sasaran.

Adapun fokus sasarannya pada peningkatan kemampuan literasi dan numerasi siswa di sekolah sasaran.

Tawaran mencicipi pengalaman lapangan yang cukup menarik tersebut tak disia-siakan Desy Fitri Ayuni, mahasiswi dari program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU).

Menurutnya, mengikuti program lampus mengajar terdorong niat untuk berkontribusi membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya sekolah yang ada di daerah pedesaan.

Ia memberanikan diri untuk mendaftar dan mengikuti tahap seleksi dari Kemendikbud, mulai dari pemberkasan, literasi numerasi, survey kebhinekaan dan value clarification test.

“Setelah berhasil melewati berbagai tahapan seleksi, saya berhasil lulus dan mendapatkan kesempatan untuk ikut program kampus mengajar,” kata Desi, Jumat (13/10/2023).

Ia ditempatkan mengajar siswa/siswi SDN 101810 Biru biru, di Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, selama 4 bulan. Dimulai Februari hingga Juni 2023.

Desy mengaku banyak mendapatkan pengalaman berkesan sepanjang 4 bulan itu, yang tidak akan didapatkannya dalam kesempatan lain.

“Satu yang paling jelas, mengikuti Kampus Mengajar memberikan saya pengalaman di dunia kerja, khususnya di bidang pendidikan.Terlebih pada sekolah yang berada di daerah pedesaan,” sebutnya.

Dari sana dia melihat langsung bagaimana perjuangan dan pengorbanan para guru yang ada di daerah pelosok untuk mengajar. Banyak kesulitan dan tantangan yang harus mereka hadapi.

Selain itu, Desy juga merasa senang karena saat melaksanakan program Kampus Mengajar, ia telah diangkat menjadi anak oleh warga di daerah Biru-biru.

“Warga di sana memang baik-baik semua. Kami disambut dan diperlakukan dengan sangat baik selama melaksanakan kegiatan. Kami juga jadi lebih mengenal adat budaya Karo sepanjang bertugas di wilayah tersebut,” ungkapnya.

Selain mendapatkan konversi SKS sebanyak 20 SKS, Desy juga beruntung karena melalui kegiatan tersebut ia jadi memiliki banyak teman yang berasal dari program Kampus Mengajar di wilayah Sumut dan juga keluarga baru.

Banyak hal sudah dilakukan Desy selama masa Kampus Mengajar berjalan, seperti melaksanakan program yang dirancang bersama tim yang ditempatkan di SD tersebut.

Adapun program selama berada di SDN 101810 Biru-biru di antaranya melakukan kunjungan ke Dinas Pendidikan Deliserdang, observasi sekolah, melaksanakan PreTest AKM kelas dan masuk dalam Forum Komunikasi dan Koordinasi Sekolah (FKKS).

Untuk program kerja literasi, di antaranya memberikan les tambahan membaca, pembelajaran di luar kelas mengenai pengenalan bagian tubuh tumbuhan dan pembuatan kerajinan tangan.

Selain itu juga ada program kerja numerasi, adaptasi teknologi, sustainable development goals, serta menciptakan lingkungan berbudaya literasi dan numerasi.

Untuk menciptakan lingkungan berbudaya literasi dan numerasi, Desy dan teman-temannya ikut mendirikan pojok baca dan membuat majalah dinding. Dua hal yang berperan besar dalam meningkatkan minat baca di tengah masyarakat.

Sedangkan program sustainable development goals diawali dengan kampanye membawa bekal untuk mengurangi sampah, sosialisasi penanaman bunga pada wadah bekas, pemanfaatan kertas buram dan menjalankan program seni tari.

Melatih Soft Skill

Pengalaman yang sama juga dirasakan Fitri Ramadani Pohan, mahasiswi prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian USU.

Keikutsertaannya dalam program Kampus Mengajar dimulai dari pengumpulan berkas-berkas administrasi seperti biodata dan transkrip nilai, serta beberapa dokumen pendukung lainnya untuk diseleksi.

Setelah itu dilakukan survei untuk sekolah mitra kampus mengajar yang ditetapkan dan diikuti dengan pembuatan program kerja selama kegiatan kampus mengajar diadakan.

Fitri mengaku berminat mengikuti program Kampus Mengajar karena ingin mengubah stigma masyarakat tentang pertanian yang kurang baik, serta kurangnya kesadaran masyarakat terutama pelajar, dalam memperhatikan lingkungan dan tanaman di sekitar mereka.

“Ini merupakan kewajiban saya sebagai mahasiswa untuk berbagi ilmu kepada masyarakat terutama pelajar, untuk peduli serta mengetahui budidaya pertanian itu sangat beragam dan harus dikembangkan di masa depan,” ungkap  Fitri.

Pada program yang diikutinya di SMA Plus Al-Azhar Medan, Fitri dan tim melaksanakan program yang sudah disepakati dengan pihak sekolah, yaitu budidaya tanaman hortikultura menggunakan sistem hidroponik dengan beberapa benih yaitu Pakcoy, Selada, Bayam Merah dan Kangkung.

“Program tersebut berasal dari pihak sekolah yang akan dijalankan tahun ini. Kami dan pihak sekolah berkoordinasi dengan baik untuk mensukseskan program kerja hidroponik, sehingga mendapatkan hasil yang baik.
Program lainnya menyesuaikan dengan kebutuhan pihak sekolah,” beber Fitri.

Fitri juga menceritakan pengalamannya yang paling berkesan selama menjalankan program tersebut.

Fitri yang merupakan peserta Program Kampus Mengajar periode September-Desember 2023, mengungkapkan tentang interaksi antar para guru dan siswa-siswi yang sangat baik.

Selama melakukan program kerja hidroponik, siswa-siswi sangat antusias menjalankan program tersebut karena adanya dukungan dari para guru hingga akhir.

Fitri juga mengaku kagum dengan kedisiplinan waktu yang ditunjukkan para guru dan murid dalam mengikuti kegiatan sekolah.

Fitri mengaku banyak sekali keuntungan dan manfaat yang didapatkannya dalam mengikuti kegiatan tersebut, seperti menambah pengalaman, menerapkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan, mengasah keterampilan kepemimpinan, melatih soft skill seperti public speaking.

Keuntungan lainnya yaitu mendapatkan konversi 15 SKS, sehingga sembari melaksanakan Kampus Mengajar, Fitri juga dapat mengerjakan penelitian akhir kuliah jika sedang tidak ada kegiatan lain di sekolah.

Siapkan Mahasiswa Pembelajar Sejati

Wakil Rektor I USU  pada sosialisasi Program Kampus Mengajar menegaskan, kegiatan ini merupakan kesempatan yang memberikan peluang sekaligus tantangan kepada para mahasiswa, untuk bersama-sama mengembangkan kompetensi keilmuan, sekaligus menunjukkan peran dan tanggungjawab, serta berkontribusi nyata di tengah masyarakat.

Menurutnya, USU memiliki kewajiban untuk mewujudkan pengabdian kepada masyarakat dalam mendukung integrasi penerapan nilai-nilai pengajaran, penelitian dan pengabdian guna memberikan manfaat praktis kepada masyarakat.

Program ini bertujuan untuk menyiapkan mahasiswa  menjadi lulusan memiliki kapasitas sebagai pembelajar sejati yang kompeten, lentur dan ulet atau agile learner.

Dengan beraktivitas secara langsung di tengah masyarakat/dunia kerja, katanya maka para mahasiswa tersebut akan memiliki peningkatan skill dan kompetensi keilmuannya melalui pengalaman yang dijalani selama pelaksanaan program.

“Hal tersebut tidak didapatkan selama belajar di ruang-ruang kelas,” katanya.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Prihatin Kondisi Jalan Lolowua – Dola, Nias Baskami Minta Pemprovsu Beri Atensi Khusus

Program Kampus Mengajar juga dapat membantu memperkuat kapasitas perguruan tinggi dalam mendukung pendidikan di daerah terpencil, berkontribusi dalam pengembangan kurikulum, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Serta membantu meningkatkan akses pendidikan di berbagai lokasi, sehingga memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat, program Kampus Mengajar ini memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan berdaya saing di seluruh negeri. (swisma)

Pos terkait