Gempuran Terbaru Israel di Gaza Tewaskan 100 Warga Sipil, Perundingan Gencatan Senjata Masih Buntu

Gempuran Terbaru Israel di Gaza Tewaskan 100 Warga Sipil, Perundingan Gencatan Senjata Masih Buntu
Foto: REUTERS/Mahmoud Issa

KLIKSUMUT.COM | GAZA – Konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas kembali memanas. Serangan udara Israel pada Sabtu (17/5/2025) malam waktu setempat menewaskan sedikitnya 100 warga sipil Palestina di Jalur Gaza. Serangan brutal ini terjadi di tengah upaya putaran baru perundingan gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan didukung oleh Amerika Serikat.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Khalil Al-Deqran, mengonfirmasi bahwa korban jiwa yang tercatat hingga Minggu (18/5/2025) mencapai ratusan, termasuk anak-anak dan wanita. “Setidaknya ada 100 martir sejak semalam. Seluruh keluarga telah dihapus dari catatan pendaftaran sipil akibat pemboman Israel,” ujar Deqran kepada Reuters.

BACA JUGA: Israel Blokir Bantuan ke Gaza, Hamas Tuduh Israel Langgar Perjanjian Gencatan Senjata

Krisis Kemanusiaan Memburuk, Blokade Perparah Kelaparan

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin mengkhawatirkan. Israel terus memblokir pasokan medis, makanan, dan bahan bakar sejak Maret lalu, dengan tujuan menekan Hamas agar membebaskan para sandera. Sistem layanan kesehatan di Gaza kini nyaris lumpuh total. Rumah sakit kewalahan menangani korban, sementara kekurangan obat-obatan dan alat medis menjadi krisis yang tak terhindarkan.

“Banyak korban anak-anak, sejumlah besar amputasi, dan rumah sakit terus menjadi target serangan. Ini bencana kemanusiaan,” tegas Deqran.

Salah satu serangan paling mematikan dilaporkan menghantam perkemahan pengungsi di Khan Younis, selatan Gaza, menyebabkan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Di antara korban tewas, tercatat tiga jurnalis beserta keluarga mereka, serta satu keluarga yang kehilangan lebih dari 20 anggotanya di Gaza utara.

Perundingan Damai Jalan di Tempat

Meski upaya diplomasi terus dilakukan, hasilnya masih nihil. Negosiasi terbaru di Kairo tak kunjung menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Hamas dikabarkan siap membebaskan sebagian sandera Israel dengan syarat adanya gencatan senjata dua bulan dan pembebasan tahanan Palestina. Namun Israel bersikeras ingin pembebasan sandera tanpa jaminan penghentian perang.

“Posisi Israel tidak berubah. Mereka hanya fokus pada pembebasan sandera, tanpa komitmen mengakhiri agresi,” ungkap seorang pejabat Hamas kepada Reuters.

Target Militer Israel dan Kehancuran Gaza

Militer Israel menyatakan bahwa operasi besar-besaran ini adalah bagian dari target untuk menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas. Serangan ini merespons serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera 250 orang.

Namun, serangan balasan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza. Lebih dari 53.000 warga Palestina tewas, jutaan lainnya mengungsi dan kelaparan, menjadikan konflik ini sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk abad ini.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Indonesia Tolak Rencana Trump Pindahkan Warga Gaza ke Negara Lain

Kecaman Dunia dan Tuntutan Tindakan

Serangan brutal terbaru ini kembali memicu kecaman internasional. Hamas menyebutnya sebagai “kejahatan brutal baru” dan menyalahkan pemerintahan Amerika Serikat atas eskalasi kekerasan yang terus terjadi.

Komunitas internasional, termasuk lembaga kemanusiaan dan PBB, mendesak segera dilakukan gencatan senjata permanen dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. (KSC/CNBC)

Pos terkait