Hijrah Suatu Keharusan Bagi Ummat Islam

Hijrah Suatu Keharusan Bagi Ummat Islam
Ilustrasi (ist)

Dan hijrah tersebut merupakan perbuatan yang baik, Allah SWT berfirman dalam Al quran surah Al Isra’ (17) : 80 Yang artinya dan katakanlah (Muhammad) ya Tuhanku, masukkanlah aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku).

Ayat ini mengisyaratkan kepada nabi agar berhijrah dari mekah ke madinah.

Bacaan Lainnya

Hijrah Dalam Al Qur’an

Dalam Al Qur’an penulis dapati sekian banyak ayat yang mengandung kata hijrah. Diantaranya : “Bangunlah orang yang berselimut, lalu berilah peringatan dan agungkanlah Tuhanmu, bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala perbuatan dosa”. (QS Al Mudasir(74) :1-5).

Dari ayat ini dapat penulis simpulkan bahwa, hijrah juga dapat berarti meninggalkan perbuatan dosa. Diayat yang lain dinyatakan :
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka (orang kafir) ucapkan dan jauhi mereka dengan cara yang baik” (QS Al Muzammil(73) : 10 ).

Dari ayat ini hijrah berarti, penulis memahami harus dapat menjauhi kawan dan lingkungan yang tidak baik dan mencari lingkungan yang lebih baik dengan cara yang baik dan bijaksana.
Dalam surat Al Ankabut, Nabi Ibrahim berkata : “Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat yang diperintahkan Tuhanku” (QS Al Ankabut (29) : 26).

Dari ayat ini jelas bahwa hijrah adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan. Dalam ayat yang lain disebutkan : “ Mereka (orang kafir) ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, dan kamu akan sama dengan mereka. Maka jangan kamu menjadikan mereka sebagai penolongmu hingga mereka berhijrah pada jalan Allah ” (QS Annisa (4) : 89).

Dari ayat ini jelas disebutkan orang kafir akan selalu berusaha menjadikan ummat Islam agar mempunyai sikap hidup, tradisi, budaya, cara berpikir, bekerja, berdagang, berpakaian, cara hidup yang sama dengan cara dan pola mereka.

BACA JUGA: Akademisi UMSU Angkat Bicara Soal Pernyataan IPW

Jika melihat dan memperhatikan kondisi pada saat sekarang ini, bagaimana hebatnya pengaruh barat dalam kehidupan muslim sehingga cara berpikir, gaya hidup dan budaya ummat Islam sama dengan cara berpikir mereka, gaya hidup dan budaya bukan Islam.

Penulis melihat disibukkan oleh hidup keduniaan dengan memakai gaya hidup materialis ( hanya mementingkan materi ), atau gaya hedonis ( berbuat sesuai dengan hawa nafsu ) dan tidak pernah memikirkan bahwa diakhirat nanti masih ada kahidupan yang lebih abadi. Kegiatan sehari-hari telah terpisah dari nilai-nilai agama ( hidup sekuler ) dan sehingga agama hanya urusan individu belaka ( H. Arifin Ismail ; 2009 : 1-2).

Hijrah Disertai Dengan Niat

Segala aktivitas yang dilakukan sangat tergantung kepada niatnya seperti bekerja, belajar, berkarya, bermasyarakat, bergotong royong, berorganisasi, berinfak dan beribadah. Betapa pentingnya niat, sehingga apabila bekerja dan ingin mencari prestasi niatnya, maka itulah yang didapat, begitu juga beribadah karena ingin dipuji maka yang di dapat pujian bukan pahala (amal shaleh). Maka penulis melihat selalu diingatkan melakukan sesuatu yang baik termasuk beribadah niatnya karena Allah swt hal sesuai hadist Nabi Muhammad saw yang popular “ Sesungguhnya amal itu beserta (bergantung) niat ”.

Mengenai niat harus dilakukan setiap aktivitas ( amal ), berniat saja masih perlu diperbaharui sebab awalnya penulis melihat beribadah karena Allah SWT tetapi karena ada sesuatu yang akan diperoleh (hadiah) dari ibadah tersebut maka penulis melihat akan bersemangat dan bertambah sungguh-sungguh, sehingga niatnya karena ingin mendapat hadiah atau pujian maka perlu memperbaharui niat karena Allah SWT.

Maka disinilah fungsi memperbaharui niat kembali karena Allah SWT. Setan sangat pandai membuat kita tergelincir dengan niat. Ada satu kisah seorang pemuda yang taat dan alim melihat kemungkaran ( tempat persembahan yaitu perbuatan syirik ), dia melakukan pembersihan tempat pembuatan persembahan ( syirik ) tersebut, tetapi dihalangi seseorang yang merupakan penjelmaan syetan.

Dihalangi oleh syetan tersebut, anak muda tersebut mengabaikan, akhirnya mereka berkelahi secara fisik, atas izin Allah SWT ( karena niat si muda karena Allah swt ) syetan kalah. Setelah menang anak muda tersebut akan mengeksekusi tempat kemaksiatan tersebut, akhir eksekusi tidak jadi karena syetan dapat merayu si anak muda tersebut dengan berjanji akan memberikan uang setiap pagi. Hari pertama sampai dengan hari kelima janji tersebut dipenuhi syetan, tetapi hari ke enam agak terlambat sudah mendekati siang dan hari ketujuh tidak diberi.


Anak muda tersebut marah pada si syetan, akhirnya anak muda tersebut kembali akan mengeksekusi tempat maksiat tersebut tetapi dihalangi oleh syetan dan mereka berkelahi (fisik) anak muda yang taat dan alim tersebut kalah. Niatnya mengeksekusi tempat maksiat ( kemusyrikan ) tersebut bukan karena Allah swt tetapi karena tidak diberi hadiah sesuai janji syetan. Jadi sedikit saja perbedaannya walaupun sama-sama ingin melakukan mencegah kemaksiatan (kemungkaran) tetapi yang pertama sebelum dijanjikan hadiah niatnya karena Allah swt tetapi niatnya yang kedua karena ingin mendapat hadiah, begitulah pintarnya syetan membuat manusia bisa berubah niatnya, walaupun sedikit saja perbedaannya.

Penulis melihat bahwa yang hidup dijaman globalisasi ini sangat besar kemungkinan akan terpengaruh dan niat beraktivitas ( beramal ) bukan karena Allah SWT.


Maka penulis berharap dan berdoa agar segala aktivitas yang dilakukan karena Allah SWT, jangan digoda oleh syetan yang setiap saat selalu menggoda. Sering dan setiap saat aktivitas kita baca tahawuj ( aku berlindung pada Allah dari godaan syetan yang terkutuk ), diterjemahkan bebas kira-kira aku tidak mampu melawan syetan kecuali berlindung dan bantuan dari Allah SWT.

Pos terkait