REPORTER: Redaksi
EDITOR: Wali
KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan sebagai kuasa hukum ibu korban menilai jika pernyataan Kependam yang menyatakan MHS meninggal dunia karena terjatuh adalah hal yang tidak benar dan tidak berdasar secara hukum.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur LBH Medan, Irvan Saputra, SH.,MH didampingi Ricard Daniel Hutapea, SH kepada sejumlah wartawan di Kantor LBH Medan Jalan Hindu, Kota Medan, Selasa (2/7/2024).
“Bukan tanpa alasan, diketahui saksi-saksi menyatakan jika korban meninggal dunia karena dianiaya TNI. Denpom 1/5 Medan juga telah melakukan pemeriksaan saksi-saksi dan ibu korban,” jelas Irvan Saputra.
Ditambahnya lagi, laporan ibu korban ke Denpom 1/5 didasari adanya pernyataan polsek Medan Tembung yang menyatakan matinya korban diduga ada keterlibatan oknum TNI.
BACA JUGA: Supriatin Beberkan Video Diduga Diintimidasi, Kapendam Sebut “Hoaks”
“Perlu diketahui, saat mayat MHS masih dirumah duka diduga seorang anggota Polsek Medan Tembung melaporkan kepada atasanya yang saat itu hadir dirumah duka yaitu diketahui a.n Iptu. Budi/Panit Reskrim Polsek Medan Tembung dengan mengatakan ‘Kami sudah berkomunikasi dengan Denpom Komandan, dia katakan semua informasi-informasi terkait dengan kematianya sudah jelas komandan, Jadi berdasarkan informasi yang mereka dapatkan mereka bisa langsung menjemput orangnya komandan, orangnya dinyatakan sebagai terduga. Kira-kira seperti itu arahanya komandan’,” jelas Irvan.
Maka berdasarkan hal tersebut LBH Medan sudah menyurati Panglima Kodam I/BB dan Denpom 1/5 Medan untuk segera melakukan Ekhumasi guna mengetauhi penyebab kematian MHS.
“Adapun Ekshumasi tersebut secara hukum wajib dilakukan sebagaimana berdasrakan Pasal 118 -121 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Matinya MHS diduga telah bertentangan dengan UUD 1945, UU 39 Tahun 1999 tentang HAM, ICCPR, DUHAM dan KUHPidana Militer,” jelas Irvan.
Sebelumnya juga Irvan Saputra ini enjelaskan bahwa MHS (15 Tahun) merupakan korban dugaan penganiayaan anggota TNI pada 24 Mei 2024 lalu di Jalan pelikan ujung, perumnas mandala, Kab. Deli Serdang. Adapun dugaan penganiayan tersebut bermula saat korban sedang duduk-duduk dekat jembatan rel kereta api (antara tembung dengan perumnas) dan melihat adanya tawuran antar kelompok remaja.
Terkait adanya tawuran tersebut dilakukan penertiban oleh Babinkamtibmas, Babinsa dan Satpol PP. Sehingga diduga menyebabkan kerumunan tawuran berlari kearah korban lalu diduga seorang anggota TNI menangkap korban dan memukul bagian leher korban hingga korban terjatuh ke bawah jembatan di rel kereta api. Akibat pukulan tersebut kepala korban berdarah.
Tidak berhenti sampai disitu pada saat korban mau naik ke jembatan, aparat tersebut kemudian mencengkram baju korban dan melemparkannya ke arah rel seraya melakukan penganiayan terhadap korban hingga menyebabkan luka lebab di dada, tangan dan kaki korban.
“Atas kejadian tersebut ibu korban dalam keadaan masih berduka menguatkan diri untuk membuat laporan polisi di Polsek Medan Tembung,” tutur Irvan.
BACA JUGA: Kapendam I Bukit Barisan: Permasalahan Mayor Chk Dedi Hasibuan Dikembalikan Ke Kodam
Akan tetapi setelah sampai di Polsek Medan Tembung dan menunggu lama (hingga berjam-jam) Pihak Polsek mengarahkan ibu korban untuk membuat laporan di Detasemen Polisi Militer I/5 (Denpom).
Polsek Medan Tembung mengatakan jika meninggalnya korban diduga ada keterlibatan anggota TNI.
Atas adanya arahan tersebut tanpa pikir panjang ibu korban membuat Laporan di Denpom I/5 sebagaimana berdasarkan Surat Tanda Terima Laporan Pengaduan Nomor TBLP-58/V/2024 tertanggal 28 Mei 2024 atas adanya Penganiayaan terhadap MHS dan menyebabkan MHS meninggal dunia.
Pasca viralnya kasus MHS, pihak kodam I/BB melalui Kapendam Kolonel. Inf. Rico Siagian menyatakan kepada awak media jika MHS meninggal dunia karena terjatuh, kemudian menagatakan jika kasus ini masih dalam penyelidikan dan menunggu visum pihak dumas. (KSC)
