Kliksumut.com – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Ir HT Erry Nuradi, MSi mengatakan Pemerintah Provinsi bersama Kementerian Pertanian akan menyiapkan lahan 100 hektare untuk menanam bawang di daerah ini. Sentra bawang di Sumut terdapat di daerah Karo, Dairi, Simalungun dan sejumlah daerah lainnya.
‘’Ini dilakukan agar produksi bawang di Sumut meningkat dan kita tidak lagi bergantung impor bawang dari luar. Produksi bawang di daerah ini masih 40 persen dan 60 persen adalah bawang impor. Semoga produksi bawang ke depannya dapat meningkat,’’ sebut Erry dalam acara Peresmian Rumah Bawang dan panen perdana bawang putih yang digelar Bank Indonesia (BI) di Desa Batu Karang, Kec. Payung, Kab. Karo, Jumat (30/9).
Lebih lanjut, Erry juga mengungkapkan, salah satu tugas BI yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) adalah menjaga laju inflasi. “Langkah ini merupakan salah satu bagian dari tugas dan tanggung jawab dalam menjaga inflasi,” ujar Erry.
Menurut Erry, andil komoditas pangan terhadap inflasi memang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena fluktuasi harga kelompok ini sangat cepat dan sangat tergantung pada kondisi pasar, permintaan dan suplai.
Dengan adanya produksi hasil pangan yang dikembangkan BI, khususnya bawang merah, pemerintah berharap mampu menjaga kestabilan harga di pasaran. “Dengan begitu, andil komoditas ini dalam mendorong inflasi bisa ditekan. Selain itu, masyarakat bisa mendapat komoditas dengan harga yang lebih murah,” tandas Erry.
Setelah meresmikan rumah bawang, Gubsu Erry Nuradi bersama Wakil Bupati Karo Corry Sebayang dan sejumlah pejabat dari jajaran pemerintahan Kabupaten Karo melakukan panen bawang putih hasil uji coba di kawasan itu. Hasil panen ini nanti akan dijadikan bahan uji untuk memperolah hasil yang lebih baik. Pasalnya, dengan topografi dataran tinggi itu, banyak kalangan yang berpendapat bahwa komoditas bawang putih sangat sulit dibudidaya.
Sementara dalam kesempatan itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut Harries Meirizal mengungkapkan, rumah bawang tersebut rencananya akan dijadikan sebagai pusat penampungan bawang hasil panen petani dari desa-desa yang ada di sekitar wilayah itu. “Ini merupakan rumah bawang pertama,” katanya.
Rumah bawang itu dibangun sebagai upaya pengendalian inflasi dari komoditas tersebut. Sebagai catatan, dalam beberapa tahun terakhir, bawang merah menjadi salah satu komoditas yang paling sering memberi andil inflasi. Biasanya, komoditas tersebut kompak dengan dengan cabai merah dalam mendorong inflasi.
Gudang penampungan bawang ini sendiri telah dilengkapi dengan fasilitas yang mengandung gas ozon yang berfungsi untuk meminimalisir proses pembusukan sehingga bawang hasil panen petani bisa disimpan dalam jangka waktu yang lebih panjang. “Dengan begitu, ketika terjadi gelolak harga di pasaran bawang dari sini akan digelontor,” jelasnya.
Rumah bawang ini sendiri mampu menampung hingga 20 ton bawang. Dengan jangka waktu penyimpanan yang lebih lama, alokasi bawang untuk kebutuhan konsumsi dan pembenihan akan semakin mudah diatur. Apalagi, dua dari tiga varietas bawang merah yang diuji coba di daerah ini menunjukan hasil yang memuaskan. Dengan begitu, petani juga akan leluasa mengatur pola tanam.
Di daerah ini, BI telah membina sedikitnya 20 hektare bawang merah bersama sejumlah kelompok tani. Adapun 18 hektare di antaranya merupakan lahan budidaya untuk konsumsi, sisanya digunakan untuk budidaya pembibitan. Sementara, saat ini BI juga tengah memalukan uji coba budidaya bawang putih di lahan seluas 0,2 hektare. “Hasilnya lumayan bagus. Uji coba ini akan terus lanjutkan hingga memperoleh hasil yang baik,” katanya.
Dengan begitu, pihaknya berharap, Kabupaten Karo bisa menjadi salah satu sentra produksi bawang di Sumut. Pasalnya, selama ini Sumut selalu membeli bawang dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan, ada yang diimpor. Hal ini menyebabkan TPID sedikit kesulitan dalam mengendalikan inflasi.
Ke depan, dengan adanya rumah bawang dan perluasan lahan bawang di daerah ini, diharapkan harga komoditas tersebut bisa lebih murah, dan inflasi relatif terkendali.