Duel Sengit Pilkada Sumut 2024: Edy Rahmayadi Vs Bobby Nasution, Siapa yang Unggul?

Pilkada Sumatera Utara 2024: Pertarungan Sengit Bobby Nasution-Surya Versus Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala
Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala Versus Bobby Nasution-Surya. (kliksumut.com/ist)

Oleh: M Hafidz Raihansyah

KLIKSUMUT.COM | Pilkada Sumatera Utara 2024 menyajikan pertarungan seru antara dua tokoh dengan pengaruh besar: Edy Rahmayadi, petahana yang telah memimpin provinsi selama lima tahun, dan Bobby Nasution, menantu Presiden Joko Widodo yang juga menjabat sebagai Wali Kota Medan sejak 2021. Pertarungan ini tidak hanya menggambarkan persaingan politik, tetapi juga pertemuan dua generasi dengan visi berbeda untuk masa depan Sumatera Utara.

Edy Rahmayadi: Pengalaman Melawan Tantangan Edy Rahmayadi, yang memulai kepemimpinannya di Sumatera Utara pada 2018, dikenal dengan gaya tegas dan fokus pada stabilitas pembangunan. Pengalaman panjang di dunia militer dan pemerintahan memberinya modal besar untuk mempertahankan jabatan. Selama masa jabatannya, ia telah melalui berbagai tantangan besar, termasuk penanganan COVID-19, pembangunan infrastruktur, dan stabilisasi ekonomi di tengah berbagai krisis nasional.

BACA JUGA: Hasil Survei Pilkada Sumut 2024: Bobby Nasution Unggul Tipis, Edy Rahmayadi Siap Mengejar

Namun, Bobby Nasution bukanlah pesaing sembarangan. Sebagai menantu Presiden Jokowi, Bobby membawa semangat kolaborasi dengan kaum muda serta koneksi politik yang luas. Sejak memimpin Medan, Bobby dikenal fokus pada pengembangan ekonomi digital, infrastruktur perkotaan, dan peningkatan layanan publik. Pilkada ini pun menjadi ajang adu visi antara gaya kepemimpinan yang sarat pengalaman dengan inovasi baru yang digerakkan oleh generasi muda.

Perseteruan Infrastruktur yang Memanaskan Suasana Salah satu isu panas yang menjadi sorotan dalam Pilkada ini adalah kondisi infrastruktur jalan di Sumatera Utara. Bobby Nasution secara terbuka mengkritik kondisi jalan yang buruk, terutama di perbatasan provinsi. Ia menyindir bahwa masuk ke Sumatera Utara ditandai dengan “benjolnya kepala” karena jalan yang rusak. Kritik ini jelas menyasar kinerja Edy Rahmayadi selama menjabat sebagai gubernur.

Edy tidak tinggal diam. Ia membalas kritik tersebut dengan menyatakan bahwa beberapa jalan yang rusak adalah jalan nasional, yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, bukan gubernur. Edy bahkan menyebut nama kecil Presiden Joko Widodo, “Mulyono,” untuk menekankan bahwa infrastruktur tersebut berada di bawah wewenang pusat, seolah mengingatkan Bobby tentang peran keluarganya dalam pemerintahan.

Persaingan yang Mendapat Perhatian Nasional Kontestasi ini bukan hanya menarik perhatian masyarakat Sumatera Utara, tetapi juga sorotan nasional. Dengan Bobby sebagai menantu presiden dan Edy sebagai tokoh yang sudah dikenal di panggung politik nasional, dukungan dari berbagai figur penting di kancah politik menjadi penentu panasnya kompetisi ini. Kedua calon dihadapkan pada pilihan untuk saling menyerang atau fokus pada program unggulan mereka masing-masing.

Bagi pemilih, pertarungan ini merupakan kesempatan untuk melihat lebih dalam visi dan program yang ditawarkan. Apakah mereka akan memilih stabilitas dan pengalaman yang ditawarkan Edy, atau inovasi dan jaringan luas yang dibawa Bobby?

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Menelisik Pilkada Sumut 2024

Pentingnya Pilkada yang Damai dan Berfokus pada Program Di tengah tensi politik yang memanas, penting bagi kedua calon untuk menjaga kontestasi ini tetap damai dan sehat. Visi dan misi harus menjadi titik fokus utama, bukan sindiran atau serangan pribadi. Pilkada yang damai akan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memilih berdasarkan kualitas dan program nyata, bukan atas dasar konflik politik.

Dengan berbagai isu yang memanas, Pilkada Sumatera Utara 2024 menjanjikan pertarungan yang tidak hanya menentukan nasib provinsi ini selama lima tahun ke depan, tetapi juga menggambarkan pergeseran besar dalam politik lokal yang kini mendapat perhatian dari kancah nasional.

Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala

Pos terkait