Turut Andil Pecahkan Rekor MURI, Pemred Kliksumut.com Berikan Orasi Ilmiah Dosen Terbanyak UMSU

Turut Andil Pecahkan Rekor MURI, Pemred Kliksumut.com Berikan Orasi Ilmiah Dosen Terbanyak UMSU
Pemred kliksumut.com Dr. Puji Santoso SSos MIKom saat menyampaikan orasi ilmiah dosen terbanyak dari satu universitas di auditorium kampus UMSU Jalan Mukhtar Basri Medan. (foto | Swisma Naibaho)

MEDAN | kliksumut.com – Pemimpin Redaksi (Pemred) kliksumut.com Dr. Puji Santoso SSos MIKom turut andil pecahkan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) orasi ilmiah dosen terbanyak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dari satu universitas, Selasa (27/2/2024).

Puji Santoso merupakan 1 dari 100 dosen dari 44 bidang disiplin ilmu di UMSU yang memberikan orasi ilmiahnya di Auditorium kampus tersebut Jalan Kapten Muchtar Basri Medan.

Bacaan Lainnya

Dalam orasinya, Puji yang merupakan dosen pada Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini menyampaikan materi berjudul Media Sosial, Framing, dan Pemilihan Presiden.

Dia memaparkan tentang kondisi beberapa saat setelah penghitungan cepat disiarkan di hampir seluruh media televisi mainstream, langsung tersebar sebuah video dari salah satu akun platform media sosial YouTube.

Dalam video itu mengomentari sekaligus menolak hasil Quick Count (QC) dari semua lembaga survey yang seluruhnya memenangkan pasangan Prabowo-Gibran dengan angka di atas 50 persen. Sedangkan pasangan calon nomor 01 Anies-Muhaimin dan pasangan calon nomor 03 Ganjar-Mahfud berbagi angka 40 persen lebih.

BACA JUGA: Sempat Situs Tirto.id Diretas, Pemred Konsultasi ke LBH dan Dewan Pers

Bahkan seluruh lembaga survey dalam QC mereka menyimpulkan pasangan 02 itu dipastikan menyapu bersih perolehan suara di semua propinsi dan sekaligus mengklaim Pemilu presiden berlangsung hanya satu putaran saja. “Salah satu yang menarik perhatian saya dari perbicangan yang melibatkan para nara sumber itu adalah mereka menyinggung soal ‘framing,” kata Puji.

Menurut Puji, dalam era digital saat ini, media mainstream mungkin masih belum dapat diharapkan lagi untuk menyuarakan aspirasi kaum bawah yang merasa suara mereka tidak terakomodasi penguasa atau media yang terkooptasi penguasa terkait pelaksanaan pemilihan umum legislatif maupun pemilihan
presiden

Dikatakannya, jalan lain yang dapat ditempuh barangkali adalah melakukan mobilisasi memanfaatkan media sosial. Hal ini dikarenakan media sosial memiliki peran signifikan dalam pemilihan presiden. Media sosial, katanya, juga telah meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan presiden.

Dalam beberapa kasus, media sosial telah memobilisasi massa untuk berpartisipasi dalam kampanye politik, membagikan informasi tentang acara kampanye, dan menggalang dukungan. Selain itu, media sosial juga memberikan platform bagi kelompok-kelompok kepentingan atau gerakan politik untuk mengorganisir diri mereka sendiri dan mempengaruhi agenda politik.

Disebutkannya, dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh media sosial semakin meningkat dalam politik.
“Betapa pengaruh penggunaan media sosial dalam pemilihan umum presiden di Indonesia dampaknya tidak main-main. Media sosial menjadi andalan utama untuk meraup suara publik sebanyak-banyaknya,” paparnya.

Lebih lanjut Puji juga menyebutkan penelitian mengenai pembingkaian (framing), agenda setting, maupun priming menurut pendapat sebagian ahli telah menunjukkan perubahan paradigma terkini dalam penelitian komunikasi politik. Para ahli komunikasi massa,  sering mengemukakan bahwa bidang tersebut melewati serangkaian paradigma di dalamnya abad ke-20.

Menurutnya, operasionalisasi bingkai sering dikelirukan oleh konten. Hal ini telah menggambarkan masalah dalam hal risiko bisnis versus konsekuensi sosial. Padahal ini dianggap tidak ada hubungannya dengan perbedaan dalam cara presentasi.

BACA JUGA: Wartawan Kliksumut.com Sabet Juara II Lomba Karya Jurnalistik Hakordia

Sebaliknya, ia mengukur efek diferensial pesan yang berkaitan dengan masalah keuangan dan pesan yang terkait dengan masalah sosial.

Dalam orasinya, Puji juga mengutip Goffman, jika framing didefinisikan secara luas, itu mencakup efek yang paling meyakinkan di bawah label “framing”. Karena itu, menghapus setiap kontribusi yang dapat dilakukan oleh framing sebagai konsep untuk pemahaman yang lebih halus tentang efek media. “Sejauh ini, tidak ada kebutuhan atau kecenderungan untuk menghasilkan beragam jenis agenda media secara paralel,” ujarnya.

Dalam orasinya dia juga menyebutkan media sosial sering sekali dimanfaatkan pada kontestasi pemilihan umum dan pemilihan kepala negara. Selain itu media sosial juga menjadi salah satu alternatif sebagai media penekan dan penyeimbang saat pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan presiden karena dinilai tidak sesuai harapan masyarakat ketika media mainstream tidak lagi dapat diharapkan mengakomodasikan kepentingan publik.

Bagi pengendali kekuasaan, ucap Puji media sosial dapat menjadi bagian agenda building dan untuk melakukan pembingkaian sebagai bagian konstruksi pesan daripada efek media.

Pemecahan rekor MURI orasi ilmiah dosen terbanyak ini  merupakan rangkaian milad ke-67 UMSU. Sertifikat MURI tersebut diberikan perwakilan Tim MURI, Triyono, SPt kepada Rektor UMSU, Prof Dr Agussani MAP. (Swisma Naibaho)

Pos terkait