Transisi Energi dan Energi Hijau di Pertamina: Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Transisi Energi dan Energi Hijau di Pertamina
Foto Ilustrasi (Sumber: https://www.ruangenergi.com/)

Oleh: Waliyono

KLIKSUMUT.COM Pertamina, perusahaan energi terbesar di Indonesia, terus berinovasi dalam transisi energi dan pengembangan energi hijau. Upaya ini sejalan dengan komitmen global untuk mengurangi emisi karbon dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Dalam artikel ini, penulis membahas langkah-langkah yang diambil Pertamina dalam mengembangkan energi hijau serta tantangan yang dihadapi dalam transisi energi ini.

Inisiatif Pertamina dalam Transisi Energi

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target Bauran Energi Terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Sementara, Indonesia telah berkomitmen untuk penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030. Pertamina, sebagai Perusahaan Energi Nasional dan salah satu Badan Usaha Milik Negara terbesar, memainkan peran penting dalam memimpin transisi industri energi Indonesia ke dalam target bauran energi dan pengurangan emisi dalam memastikan keberlanjutan.

Pertamina telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung transisi energi. Salah satu upaya utama adalah investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan bioenergi. Pada tahun 2023, Pertamina mengalokasikan dana sebesar USD 2 miliar untuk proyek energi hijau dan terbarukan, sebagai bagian dari rencana jangka panjang menuju emisi nol karbon pada tahun 2060.

Menurut Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, pada tanggal 1 Agustus 2024 di acara Peluncuran Inisiatif Energi Hijau Pertamina, “Pertamina berkomitmen untuk terus mendorong transisi energi di Indonesia melalui berbagai inisiatif energi hijau. Investasi dalam teknologi energi terbarukan adalah langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan energi dan menjaga lingkungan kita. Kami menargetkan 30% dari total produksi energi kami berasal dari sumber energi terbarukan pada tahun 2030.”

Proyek Energi Hijau

Aspirasi Pertamina dalam penerapan energi hijau dan berkelanjutan diterjemahkan ke dalam beberapa pilar transisi energi, antara lain:

– Meningkatkan kilang Pertamina untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.
– Pengembangan lebih lanjut Bioenergi dalam bentuk biomassa dan bioetanol.
– Mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kapasitas panas bumi terpasang serta komersialisasi hidrogen.

Beberapa proyek energi hijau yang sedang dikembangkan oleh Pertamina meliputi pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di beberapa lokasi strategis di Indonesia. Salah satu proyek besar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Cilacap dengan kapasitas 145 MW yang diresmikan pada Juni 2023. Selain itu, Pertamina juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan proyek biofuel yang berkelanjutan. Proyek ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal.

Pertamina juga mengambil peran strategis dalam ekosistem baterai yang terintegrasi dan penyimpanan energi di Indonesia. “Kami juga memperkuat gasifikasi terintegrasi kami, membantu pelanggan kami di sektor transportasi, rumah tangga, dan industri untuk mengurangi emisi. Di bidang pembangkit listrik, kami terus meningkatkan pemanfaatan Proyek Energi Baru dan Terbarukan serta Rendah Karbon yang memungkinkan kami mengurangi jejak karbon. Kami terus berupaya untuk menerapkan Carbon Capture, Utilization, and storage (CCUS) dalam peningkatan produksi beberapa ladang minyak dan gas,” jelas Nicke Widyawati.

Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Nathan Kacaribu, pada tanggal 5 Juli 2023 mengenai kebijakan fiskal dan dukungan terhadap transisi energi, “Transisi energi adalah prioritas utama untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060. Dukungan pemerintah melalui kebijakan fiskal yang proaktif sangat penting untuk mendorong investasi hijau oleh perusahaan seperti Pertamina.”

Dukungan Pemerintah dan Kolaborasi

Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030, Pertamina mendukung upaya pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan emisi lain penyebab pemanasan global. Upaya yang dilakukan adalah mengurangi emisi dari kegiatan operasi dan produksi, termasuk inisiatif memanfaatkan gas suar dan Program Langit Biru untuk mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar rendah emisi karbon. Total emisi GRK yang dapat diturunkan secara akumulasi sejak tahun 2010 pada periode pelaporan mencapai 6,79 juta ton CO2eq. Kinerja pengendalian emisi GRK dievaluasi Direksi melalui mekanisme penilaian laporan berkala kepada pihak-pihak berwenang dan pencapaian KPI Fungsi HSSE di holding, subholding, maupun entitas anak.

Tantangan dalam Transisi Energi

Meskipun berbagai langkah telah diambil, Pertamina menghadapi beberapa tantangan dalam transisi energi. Tantangan tersebut termasuk tingginya biaya investasi awal, keterbatasan teknologi yang tersedia, serta regulasi yang seringkali berubah-ubah. Selain itu, adanya resistensi dari beberapa pihak yang masih bergantung pada energi fosil juga menjadi hambatan yang perlu diatasi.

Biaya Investasi Awal

Salah satu tantangan terbesar dalam transisi energi adalah biaya investasi awal yang tinggi. Pengembangan teknologi energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin memerlukan investasi besar di tahap awal. Pertamina harus memastikan bahwa investasi ini dapat memberikan return yang memadai dalam jangka panjang untuk mendukung kelangsungan proyek.

Keterbatasan teknologi yang tersedia juga menjadi tantangan dalam transisi energi. Meskipun telah terjadi banyak kemajuan dalam teknologi energi terbarukan, masih ada banyak hal yang perlu ditingkatkan agar teknologi ini dapat diadopsi secara luas. Pertamina harus terus berinovasi dan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk mengatasi keterbatasan ini.

Regulasi yang sering berubah-ubah juga menjadi tantangan bagi Pertamina dalam menjalankan proyek energi hijau. Pemerintah perlu memberikan kepastian regulasi untuk mendukung investasi jangka panjang dalam sektor energi terbarukan. Pertamina harus mampu beradaptasi dengan perubahan regulasi dan bekerja sama dengan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan energi hijau.

Resistensi dari pihak yang masih bergantung pada energi fosil juga menjadi hambatan dalam transisi energi. Banyak industri dan individu yang masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama mereka. Pertamina perlu melakukan edukasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya transisi energi dan manfaat dari penggunaan energi terbarukan.

Dampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi

Pengembangan energi hijau oleh Pertamina tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga bagi perekonomian. Dengan mengurangi emisi karbon, kualitas udara akan semakin membaik, yang pada gilirannya meningkatkan kesehatan masyarakat. Selain itu, pengembangan proyek energi terbarukan juga dapat membuka peluang investasi dan menciptakan lapangan kerja baru. Pada tahun 2023 saja, proyek PLTS di Cilacap telah menciptakan lebih dari 500 lapangan kerja baru di daerah tersebut.

Dengan mengurangi emisi karbon, kualitas udara akan semakin membaik. Hal ini sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat, terutama di daerah perkotaan yang sering mengalami masalah polusi udara. Pertamina dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas udara dengan mengembangkan proyek energi hijau yang mengurangi emisi karbon.

Pengembangan proyek energi terbarukan juga dapat membuka peluang investasi dan menciptakan lapangan kerja baru. Proyek PLTS di Cilacap, misalnya, telah menciptakan lebih dari 500 lapangan kerja baru di daerah tersebut pada tahun 2023. Pertamina dapat terus mengembangkan proyek energi terbarukan yang menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Transisi energi dan pengembangan energi hijau adalah langkah penting bagi Pertamina untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, komitmen Pertamina dalam mengembangkan energi terbarukan menunjukkan bahwa perusahaan ini siap beradaptasi dengan perubahan zaman dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Dukungan dari pemerintah dan kolaborasi dengan berbagai pihak akan semakin mempercepat proses transisi energi di Indonesia.

Dengan strategi yang tepat, Pertamina dapat menjadi pelopor dalam industri energi hijau dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat Indonesia. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan menjaga kelestarian bumi bagi generasi mendatang. (**)

Pos terkait