Tim UNHCR Cek Kesehatan Pengungsi Rohingya di Kapal yang Terombang-ambing, Masyarakat Labuhanhaji Menolak Kedatangan

Tim UNHCR Cek Kesehatan Pengungsi Rohingya di Kapal yang Terombang-ambing, Masyarakat Labuhanhaji Menolak Kedatangan
Masyarakat Labuhanhaji Timur dan Barat menolak kehadiran etnis Rohingya kepada Pemkab Asel dan juga UNHCR. (kliksumut.com/Dahyati)

REPORTER: Dahyati
EDITOR: Wali

KLIKSUMUT.COM | ACEH SELATAN – Ketegangan meningkat di perairan Labuhanhaji Timur, Aceh Selatan, saat sekitar 150 pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di atas kapal mereka tidak diizinkan mendarat oleh masyarakat setempat. Penolakan ini menciptakan situasi genting, meskipun warga tetap menunjukkan kepedulian dengan memberikan makanan dan air kepada para pengungsi.

Minggu (20/10/2024), Nanda Taher, seorang mantan Anggota DPRK Aceh Selatan dan warga Labuhanhaji Barat, mengungkapkan kepada wartawan bahwa sejak kedatangan para pengungsi Rohingya, masyarakat di Labuhanhaji Timur dan Barat tetap bersikeras menolak mereka mendarat.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Kapal Rohingya Hendak Mendarat, Imigrasi dan UNHCR Diminta Segera Bertindak

“Walaupun kami menolak mereka turun ke darat, kami tetap memberikan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman. Namun, kami tidak bisa membiarkan mereka menginjak tanah kami,” tegas Nanda.

Sebagai upaya kemanusiaan, tim kesehatan dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) langsung mendatangi kapal pengungsi pada pagi hari untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan ini penting mengingat para pengungsi telah berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan di tengah laut.

“Pengecekan kesehatan dilakukan di kapal. Jika ada yang sakit, mereka akan diobati di tempat, tanpa membawa mereka ke daratan,” tambah Nanda.

Masyarakat Labuhanhaji Timur berharap pemerintah dan pihak berwenang dapat memindahkan para pengungsi Rohingya ke tempat yang lebih aman, di luar wilayah Aceh Selatan. Meskipun mereka menolak kedatangan para pengungsi, warga tetap mendukung solusi yang lebih baik tanpa menimbulkan konflik sosial.

Penolakan ini mencerminkan dilema yang sering dihadapi komunitas lokal ketika berhadapan dengan krisis pengungsi. Di satu sisi, ada tuntutan kemanusiaan untuk membantu, namun di sisi lain, muncul kekhawatiran terkait kapasitas wilayah dan dampak sosial yang mungkin timbul.

Krisis Kemanusiaan dan Solusi Regional

Kapal yang membawa pengungsi Rohingya ini adalah bagian dari gelombang pengungsi yang melarikan diri dari Myanmar akibat kekerasan dan penganiayaan. UNHCR dan organisasi internasional lainnya terus berupaya mencari solusi jangka panjang untuk menampung pengungsi di tempat yang aman.

BACA JUGA: Wakil Panglima Laut Labuhanhaji Desak Tim SAR Segera Cari Mayat Rohingya yang Diduga Dibuang

Kasus seperti ini menuntut kolaborasi antarnegara di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan, agar para pengungsi tidak terus-menerus terombang-ambing di lautan tanpa kepastian.

Namun, di tengah penolakan lokal seperti yang terjadi di Aceh Selatan, tanggung jawab kemanusiaan harus diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang memastikan bahwa kebutuhan pengungsi dan kesejahteraan masyarakat setempat sama-sama dipenuhi. (KSC)

Pos terkait