Strategi Investasi Pasar Saham Dapatkan Cuan Cepat

MEDAN | kliksumut.com Investasi saham di pasar modal Indonesia, selain sebagai sebuah strategi investasi kini menjadi gaya hidup terutama bagi para milenial, profesional muda, atau entrepreneur muda.

“Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi fasilitator bagi perdagangan saham melalui perusahaan efek yang menjadi broker dealer, tempat para investor membuka rekening efek,” kata Ketua BEI Sumut Pingor Nasution, Jumat (3/12/2021).

Diakuinya pertanyaan kerap muncul, bagaimana cara seorang investor merealisasikan keuntungan alias cuan dari transaksinya di pasar saham?.

BACA JUGA: Tingkatkan Jumlah Investor, BEI Luncurkan Inovasi Digital

Memang karakter investasi saham semestinya jangka panjang, karena semakin panjang horizon investasi, akan semakin terhindar dari risiko fluktuasi harga jangka pendek.

Namun, investor muda banyak yang lebih tertarik mendapatkan cuan cepat.

Ada dua strategi investasi di pasar saham, yaitu strategi fundamental dan teknikal. Strategi fundamental cocok untuk investor jangka panjang.

Tokoh investor terkenal dan legendaris yang menggunakan strategi ini adalah Warren Buffet. Strategi fundamental merujuk pada kinerja keuangan perusahaan, historical growth perusahaan, dan proyeksi di masa depan.

Naik turunnya harga saham dalam kurun waktu kurang dari lima tahun tidak terlalu dihiraukan. Karena jika terjadi penurunan harga saham, maka itu baru disebut sebagai potential loss atau potensi kerugian. Sementara kenaikan harga jangka pendek juga baru menjadi potential gain atau potensi keuntungan sebelum direalisasikan atau dijual kembali.

Investor fundamental baru merealiasasikan cuan, jika waktu yang ditargetkan tercapai dan nilai perusahaan di pasar yang tercermin dalam harga sahamnya sudah melebihi nilai buku saham perusahaan tersebut.

Potential gain baru menjadi cuan jika saham tersebut sudah dijual dengan harga jual saham di atas harga beli. Investor melakukan penawaran jual (offer), dan jika ada yang membeli, maka investor sudah merealisasikan keuntungan, tinggal menunggu penyelesaian transaksi (T+2) dan uang hasil penjualan yang terdiri atas modal investasi dan keuntungan (capital gain) diterima di rekening dana milik investor.

Keuntungan penjualan saham atau capital gain dihitung dari selisih antara harga beli saham dengan harga jual saham. Contoh, investor membeli saham seharga Rp1.000 per lembar, dengan pembelian minimal 1 lot saham (100 lembar). Jika kemudian saat mau merealisasikan keuntungan harga saham sudah baik menjadi Rp5.000 per lembar saham, maka capital gain yang didapat investor sebesar Rp4.000 atau 400%.

Sementara itu, strategi teknikal adalah teknik mencermati pergerakan harga saham dalam tiap hari, jam, bahkan menit. Ada banyak teori untuk mengamati pergerakan harga dalam jangka pendek dan kapan waktunya investor bisa merealisasikan keuntungan.

Ada beberapa tokoh investor teknikal, salah satunya Charles Dow. Prinsip merealisasikan keuntungan sama saja dengan strategi fundamental, namun, jangka waktu investasinya yang pendek.

Tidak sampai lima tahun, bahkan ada yang hanya dalam hitungan bulanan, mingguan, bahkan harian.

Tentu saja butuh penguasaan teknik berinvetasi agar tidak terjebak dalam aksi “pom pom” saham, yaitu tindakan menggiring investor awam oleh oknum tertentu agar seolah-seolah saham tersebut terlihat diminati sehingga investor akan ikut-ikutan membeli dan berharap harganya akan melambung.

Begitu investor sedang euforia memburu saham tersebut dan harganya makin tinggi, sekelompok oknum ini dengan cepat merealisasikan keuntungannya dalam jumlah besar yang membuat harga saham seketika rontok.

Investor yang terbawa arus pom pom akan gigit jari karena kenaikan harga saham yang diimpikannya tidak terjadi, malah saham yang dibeli terkoreksi karena ada penjualan besar oleh bandar.

Semakin pendek waktu investasi, maka semakin tinggi potensi risiko yang harus ditanggung akibat fluktuasi harga pada periode tersebut.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: BSI Bersama Yayasan BSMU Luncurkan Program BSI Scholarship

Sementara, semakin panjang periode waktu, maka semakin rendah risiko. Investor harus memahami risiko ini, sehingga jika ingin berinvestasi jangka pendek harus menyiapkan dana modal dari uang yang tidak untuk digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari atau dana idle. Sehingga, jika mengalami potential loss, hal tersebut tidak mengganggu keuangan keluarga.

Ada kalanya, jika berdasarkan analisa teknikal, harga saham akan terus terjungkal, keputusan cut loss atau menjual rugi dengan harga jual yang lebih rendah dari harga beli perlu dilakukan agar modal yang ditanamkan tidak semakin tergerus.

Strategi lainnya yang bisa diambil untuk mengurangi risiko adalah dengan membeli atau berinvestasi pada lebih banyak saham.

Seperti pepatah investasi yang mengatakan, “Don’t put your eggs in one basket” yang artinya, jangan menyimpan uangmu di satu jenis saham saja. Sama seperti telur-telur kita jika ditaruh di satu keranjang dan keranjangnya terjatuh, maka pecahlah semua telur. Tetapi jika dibelikan beberapa jenis saham, jika saat salah satu saham harganya terkoreksi, tidak semua modal investasi kita nilainya turun. (swisma)

Pos terkait