Siswa SPN Kemiling Polda Lampung Tewas, Keluarga tidak Terima akan Buat Laporan ke Polisi

Siswa SPN Kemiling Polda Lampung Tewas, Keluarga tidak Terima akan Buat Laporan ke Polisi
Kematian salah satu siswa SPN (Sekolah Polisi Nasional) Kemiling Polda Lampung yang berasal dari Pulau Nias, bernama Advent Pratama Telaumbanua, kelahiran tanggal 26/11/2003, warga Desa Silao'oto, Kecamatan Sidua'ori, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara

NIAS SELATAN | kliksumut.com Kematian salah satu siswa SPN (Sekolah Polisi Nasional) Kemiling Polda Lampung yang berasal dari Pulau Nias, bernama Advent Pratama Telaumbanua, kelahiran tanggal 26/11/2003, warga Desa Silao’oto, Kecamatan Sidua’ori, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara, tidak diterima dengan ikhlas oleh keluarga korban dan akan buat laporan ke Polisi.

Saat awak media kliksumut.com konfirmasi langsung di rumah korban, Selasa (22/8/2023) kemarin, kepada salah satu pihak keluarga bernama Rahmat Telaumbanua yang merupakan adik kandung dari Ayah Korban menyampaikan bahwa pihak keluarganya tidak menerima atas kematian korban karena lelah dan terjatuh sesuai dengan yang disampaikan oleh Humas Polda Lampung.

BACA JUGA: Dikebumikan, Siswa SPN Lampung Asal Nias Yang Meninggal Dunia Diduga Dianiaya Oleh Seniornya

“Bahwa kematian korban diduga adanya indikasi penganiayaan, hal ini bisa dilihat dari tanda-tanda di tubuh jenazah, misalnya dari jari telunjuk tangan kanan korban sudah terbelah sekira kurang lebih 5 CM, ada bekas di pelipis dan kantong mata sebelah kanan, kemudian di bibir bagian atas serta di dagu korban,” jelasnya Rahmat kepada kliksumut.com.

Bacaan Lainnya
Dikebumikan, Siswa SPN Lampung Asal Nias Yang Meninggal Dunia Diduga Dianiaya Oleh Seniornya
Advent Pratama Telaumbanua, Siswa SPN Lampung Asal Nias Yang Meninggal Dunia


Kemudian Rahmat menambahkan bahwa yang anehnya lagi diduga ada bekas sundulan rokok di punggung, di atas pantat korban. “terus di tulang ekor korban ada bulat lonjong seperti telur sekira 10×12 CM, dan terakhir ada memar di bagian dada sebelah kanan yang membentuk seperti garis 2 balok,” sebut Rahmat.

Hal lain yang membuat Rahmat yakin adanya indikasi korban dianiaya. “Dikarenakan adanya informasi dari dalam lingkungan SPN itu sendiri yang tidak disebutkan namanya bahwa Brigadir Irwan (Pelatih) diduga membanting badan ananda Advent dan setelah itu disiksa dengan kawan-kawannya (sesama pelatih),” pungkasnya.

Selain itu, Rahmat mengatakan “artinya bahwa ada rentetan, bahwa perencanaan menghabisi, kenapa…? karena bekas-bekas yang di tulang ekornya itu menghitam, yang artinya bukan pada saat itu terjadi, artinya telah terjadi bekas beberapa hari sebelumnya,” ucapnya dengan yakin.

“Terus ditambah lagi luka di jari tangan, masa jatuh luka jari tangannya seperti itu, lagian dia jatuh di tanah atau di jalan karena lelah, itu tidak masuk akal, kecuali tadi kalau jatuh di jurang atau di dorong, yah…wajar, baru itu masuk akal, kemungkinan ini bisa saja ada indikasi itu kena benda tumpul,” ungkapnya dengan yakin.

“Biarlah ketika dicek nanti di TKP, kan kelihatan nanti disitu dimana jatuhnya,” pungkasnya.

Menurut penglihatan Rahmat, bahwa korban tidak meninggal di Rumah Sakit Bhayangkara sesuai dengan yang disampaikan oleh Humas Polda Lampung, namun korban meninggal di lokasi.

“Kalau saya lihat, sebelum waktu kami melihat jenazah di Rumah Sakit Bhayangkara di ruang jenazah, si Advent itu masih ada bajunya tapi sudah digunting membentuk leter U di depan dada korban, dan saat itu tidak diizinkan di foto, tapi saya tanya kenapa digunting, mereka menjawab karena diberi terapi kejut jantung, artinya apa, kalau memang anak itu belum meninggal, bisa digerakkan tangannya untuk membuka bajunya (sambil mempraktekkan), kenapa mesti disobek (jangan-jangan sudah kaku tubuhnya), itu indikasi apa, ada kemungkinan anak itu bukan meninggal di rumah sakit tapi di lokasi, dan kemudian perut korban saat itu membusung (membesar),” tegasnya.

Rahmat juga menjelaskan bahwa dalam intinya kalau ia lihat disini, ada satu upaya untuk menyembunyikan kematian anak ini atau dengan kata lain ada rekayasa kasus ini, jadi tanda-tanda ini yang membuat dirinya meyakini bahwa ada penyiksaan.

“Maka dalam hal ini, makanya kita meminta Pihak Kepolisian, Propam Polda Lampung supaya mengusut tuntas kasus ini, makanya nanti tanggal 24 Agustus, hari Kamis besok, 2023, saya akan melapor sendiri,” terangnya.

Lanjut Rahmat juga melihat, kasus ini perencanaan pembunuhan kepada anak ini, kenapa karena dari rentetan apa yang kita lihat visualisasinya.

“Makanya kami juga memohon kepada Humas Polda Lampung, berhentilah mengungkapkan hal-hal yang tidak saudara lihat, hanya berdasarkan laporan, jangan…!, karena kita sudah kehilangan orang, jangan membuat kita lagi terluka dengan hal ini,” ungkapnya lagi.

Siswa SPN Kemiling Polda Lampung Tewas, Keluarga tidak Terima akan Buat Laporan ke Polisi
Rahmat Telaumbanua yang merupakan adik kandung dari Ayah Korban.



Rahmat juga menjelaskan, bahwa anak ini anak yang baik, dari kecil sampai SMP dan SMA di Lampung termasuk paling bagus, paling baik, makanya dirinya mengungkapkan bahwa kalau memang anak ini melakukan hal yang salah, dibina donk, bukan dibinasakan.

“Harapan keluarga kita, yang pertama, (1) Brigadir Irwan dan Kawan-kawan itu dipecat dari institut kepolisian, terus yang kedua, (2) dia harus mempertanggung jawabkan nya di depan hukum dengan pasal perencanaan pembunuhan, dan yang ketiga, (3) kita mengharapkan kepada Propam Polri dan juga Mabes Polri secara khusus, untuk mengawasi kasus ini agar tidak terjadi peristiwa – peristiwa yang baru, keempat, (4) kami mau supaya diusut tuntas, supaya ditahu apa motif pelatih-pelatihnya, atau jangan-jangan mereka minta duit sama siswa-siswanya, siswanya tidak punya, dihajar, dibunuh, dihabisin,” pungkas Rahmat.

Tambah Rahmat lagi, kalau seperti itu pembentukan siswa maka ketika dia keluar bukan lagi mengayomi masyarakat, tetapi dia akan menjadi penjahat, jadi oknum-oknum seperti begitu harus di blacklist, harus dipecat dari kepolisian karena mereka telah merusak.

BACA JUGA: Lagi…! Seorang Pria Tiba-tiba Hilang di Atas Kapal Saat Menuju Pulau Nias

Kemudian, Rahmat juga meminta, agar supaya Rumah Sakit Bhayangkara Lampung diusut sebab seperti yang mereka katakan tadi, meninggalnya di rumah sakit, seakan-akan ada kerjasama, memberikan informasi pernyataan yang keliru, ikut bersama-sama dengan penjahat yang di SPN.

“Untuk diketahui, bahwa hasil autopsi dari Rumah Sakit Bhayangkara Lampung tidak diberikan kepada keluarga korban karena alasan korban meninggal dengan normal, namun karena kita ada informasi, makanya sampai di kota Medan, korban di autopsi kembali di Rumah Sakit Adam Malik Medan, dan hasilnya masih belum kita terima,” ungkapnya.

Terakhir, Rahmat Kronologi kejadian yang diterima Rahmat dari mereka bahwa kejadiannya tanggal 15/08/2023, sekira pukul 13.00 WIB (satu siang) anak-anak sedang berbaris untuk menuju tempat makan dan tiba-tiba si Advent jatuh saat itu. Diberikan pertolongan pertama dan sadar, beberapa menit kemudian korban pingsan lagi, lalu di tangani oleh perawat/dokter yang ada di lingkungan SPN itu sendiri.

“Sampai jam 14.00 WIB (2 dua) siang sudah pingsan terus dan akhirnya korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Lampung, kemudian saat itu dilakukan pertolongan alat pemicu jantung/alat kejut jantung, dan sekira pukul 14.45 WIB ternyata Advent sudah tidak ada denyut jantung, dan tak bisa tertolong lagi,” menurut informasi dari Rahmat. (Harpendik Waruwu)

 

Pos terkait