Saat Isoman, 2.300 Lebih Pasien COVID-19 Meninggal

Malaysia Akan Berlakukan Lockdown Total, Akibat Naiknya Kasus Covid-19
Petugas kesehatan yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) membawa peti jenazah saat pemakaman korban COVID-19 di Klang, Malaysia. (Foto: AP).

JAKARTA | kliksumut.com Lebih dari 2.300 pasien COVID-19 meninggal dunia sewaktu melakukan isolasi mandiri (Isoman) karena tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit. Maka analis data LaporCovid-19 Said Fariz Hibban mengatakan bahwa sebanyak 2.313 pasien COVID-19 di Tanah Air meninggal saat melakukan isolasi mandiri (Isoman). Dari jumlah tersebut, 1.214 orang berasal dari DKI Jakarta, di mana 403 diantara mereka berdomisili di wilayah Jakarta Timur.

Dikutip kliksumut.com dari voaindonesia.com bahwa Said menjelaskan, data tersebut diperoleh dari para kontributor LaporCovid-19 di lapangan secara personal, berbagai lembaga terkait, laporan langsung masyarakat, dani media sosial, selama kurun waktu Juni hingga 21 Juli.

Menurut catatan mereka, Klaten menjadi kabupaten yang menyumbang jumlah kematian terbanyak saat isolasi mandiri, yakni 99 jiwa.

“Enam provinsi utama (angka kematian tertinggi COVID-19 di luar faskes) adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur dan Banten sebagai provinsi yang mempunyai angka relatif besar dibandingkan provinsi lain, namun angka ini adalah bukan angka yang sebenarnya. Tentu akan jauh lebih banyak lagi, yang belum kami temukan,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Kamis (22/7/2021).

Sejauh ini, katanya, LaporCovid-19 sudah mendeteksi kematian pasien COVID-19 di luar rumah sakit di sedikitnya 16 provinsi dan 78 kabupaten/kota.

Edukasi Masyarakat

Dalam kesempatan yang sama, Ketua bersama LaporCovid-19 Ahmad Arif menjelaskan selain fasilitas kesehatan yang penuh, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan angka kematian pasien isoman di luar rumah sakit cukup tinggi pada saat ini. Diantaranya, banyak masyarakat terutama yang tinggal di wilayah pedesaan minim pengetahuan dan masih banyak yang percaya pada berita bohong atau hoaks terkait pandemi COVID-19.

BACA JUGA: Penelitian: Kematian Akibat COVID-19 di India Diduga 10 Kali Lebih Besar daripada Laporan Resmi

“Kita masih ingat di media sosial ada pesan bahwa yang meninggal itu hanya yang di rumah sakit saja, karena di COVID-kan. Dan ini juga memiliki implikasi yang serius karena di lapangan terutama di daerah sub-urban dan di rural banyak orang yang sengaja menghindari fasilitas kesehatan dan walaupun sudah dengan gejala COVID-19 dan akhirnya meninggal dan ini cukup signifikan. Jadi kita ingin menunjukkan bahwa ini ada persoalan sosial dan pengetahuan yang harus kita hadapi, dan harus diantisipasi,” ungkap Ahmad.

Lebih lanjut, Ahmad berharap pemerintah daerah bisa lebih transparan dalam menginformasikan data terkait COVID-19 kepada publik, sehingga data tersebut bisa menjadi acuan atau pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam mengatasi pandemi ini.

Pos terkait