Potret Tukang Pangkas Rambut Di Wabah Pandemi

Potret Tukang Pangkas Rambut Di Wabah Pandemi
Bambang Kusnadi menekuni profesi tukang pangkas (cukur) saat melayani pelanggannya
Potret Tukang Pangkas Rambut Di Wabah Pandemi
Bambang Kusnadi menekuni profesi tukang pangkas (cukur) saat melayani pelanggannya


MEDAN | kliksumut.com – Pagi itu menunjukkan sekitar pukul 10.00 WIB, tepatnya Kamis (12/11/2020). Saat melintas di Jalan Sentosa Lama Gg Margo Kelurahan Sei Kera Hulu Kecamatan Medan Perjuangan, terlihat tiga orang laki-laki sedang menunggu di depan rumah berdinding papan.

Mereka terlihat saling jaga jarak, ada yang duduk di kursi yang disediakan di dalam rumah, seorang lagi duduk di teras rumah sambil membaca surat kabar, sedangkan pria satu lagi asyik bermain game melalui ponsel sambil duduk di jok sepeda motor miliknya. Terlihat ke tiga pria tersebut menggunakan masker ternyata sedang menunggu antrian untuk pangkas rambut di wilayah tersebut dengan sebutan “Cece Pangkas” tanpa plank merk di depan rumah.

Baca juga : Kesadaran Diri Faktor Utama Cegah Covid-19

Tidak dipungkuri memotong rambut menjadi permasalahan tersendiri pada masa pandemi Covid-19 saat ini. Tukang pangkas dan konsumen sama-sama bisa menjadi salah satu mata rantai penyebaran virus Corona. Hal ini membuat masyarakat sebagai konsumen pun enggan mendatangi gerai pangkas untuk potong rambutnya. 

Pria bernama lengkap Bambang Kusnadi menekuni profesi tukang pangkas sejak tahun 2003 silam. Jasa sebagai tukang pangkas yang ditekuninya tidak hanya menerima pelanggan di rumah saja. Dirinya juga menerima jasa panggilan konsumen untuk datang ke rumah.

Selama wabah covid-19, pria yang dilahirkan 46 tahun silam ini, tetap disiplin menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) agar terhindar dari paparan Covid-19 serta menjadi alternatif pelaku usaha pangkas rambut untuk bertahan ditengah pandemi Covid-19 serta sebagai upaya memutus mata rantai Covid-19.

Tidak dipungkuri di masa pandemi virus corona, para tukang pangkas mencari cara tersendiri untuk bertahan. Keharusan menjaga jarak telah menyulitkan usaha pangkas rambut, yang memerlukan kontak dekat dengan pelanggan.

Bapak 3 anak ini memberlakukan standar operasi yang berbeda di masa pandemi ini saat memangkas pelanggan. Setiap peralatan mencukur rambut disemprot terlebih dahulu oleh cairan alkohol 70% sebelum maupun sesudah digunakan dan selalu mengenakan masker.

Selain itu, terlihat tempat duduk yang dijadikan sarana pendukung untuk memangkas rambut pelanggan terlihat usang telah di makan usia. Terkadang terdengar suara deritan dari bangku tersebut saat pelanggan di pangkas. Suasana ruangan terlihat sederhana sekali, kipas angin tergantung di dinding dan tersedia “AC alam” berasal dari tiga jendela yang terbuka dengan lebar sehingga membuat udara bebas masuk dan keluar menyejukkan pelanggan.

Ada suatu keanehan yang tertulis dengan kertas putih ditempelkan di cermin “Setiap Hari Senin Libur”. Untuk istirahat selama malakoni tukang pangkas, pria yang dilahirkan di Medan ini memilih hari Senin untuk menghilangkan kepenatan selama 6 hari melakukan aktivitas.

“Saat memangkas pelanggan saya pakai masker untuk menjamin keamanan pelanggan. Selain itu, sebelum pangkas dianjurkan kepada pelanggan memakai masker dan cuci tangan ,” kata pria yang akrab di sapa Cece ini.

Selama pandemi COVID-19 ini, kisah Cece jadi kenangan yang berprofesi sebagai tukang pangkas. “Ada tiga pelanggan hari ini,” kata suami Erna ini.

Baca juga : Sembuh Dari Covid-19, Masih Bisa Kena Kembali

Ia mengatakan sebelum pandemi biasanya pelanggan yang datang sekitar 15-20 orang. Namun saat ini paling banyak pelanggan yang datang 10 orang. Sepinya pelanggan mungkin disebabkan ada pelanggan yang berhenti bekerja akibat dampak pandemi dan anak sekolah yang belajar daring sehingga mereka tidak memangkas karena tidak masuk sekolah.

Raut wajah Cece tetap terlihat ceria meskipun pendapatan minim dibandingkan pandemi sebelum melanda. Rejeki yang diperoleh tetap disyukuri pemilik tubuh 168 cm ini.

Selama pandemi, Cece melindungi diri dengan masker saat melayani pelanggan. Sebisa mungkin, dirinya meminta para pelanggan untuk cuci tangan sebelum masuk ruangan. Tukang pangkas terbilang kelompok yang merasakan dampak signifikan akibat pandemi. Pandemi membuat penghasilan para pemangkas rambut menurun nyaris 100%.

“Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” motto ini selalu ditanam pemilik tubuh 167 cm ini. Selama pandemi dirinya dan keluarga tetap disiplin menerapkan Prokes dan mengkonsumsi makanan bergizi agar terhindar dari paparan Covid-19.

Sebelum menutup perbincangan, pria yang mengenakan t-shirt warna lila ini berpesan kepada masyarakat dan ingat pesan ibu untuk tetap menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak minimal 1 meter di tempat keramaian. Jangan sampai kita menularkan dan tertular virus ini. Mari kita dukung program pemerintah ini sehingga badai covid-19 ini segera berakhir. (BNL)

Pos terkait