Atas undangan tersebut, sejumlah pengrajin pun masing-masing menjelaskan kepada Nawal Lubis bahwa kain yang mereka tunjukkan merupakan hasil karya khas Sumut. Bahkan beberapa dari mereka, seperti Leli dari Kabupaten Batubara adalah penenun generasi ketiga, mewarisi usaha turun temurun dari nenek dan ibunya.
“Dari kecil saya sudah diajari menenun, jadi sampai sekarang itu usaha kami. Memang dari waktu pembuatannya unutuk satu lembar kain (2,5 meter) paling tidak memakan waktu pembuatan hingga 7 hari. Berbeda jika menggunakan mesin, sehari bisa satu sampai dua kain,” katanya.
BACA JUGA: Jelang HPN 2023, Pemprov Sumut dan PWI Adakan FGD Bahas Demokrasi Pers
Namun lanjutnya, kain yang menggunakan alat tenun bukan mesin harganya akan lebih mahal, karena buatan tangan langsung yang dikerjakan secara manual. Meskipun kekurangannya adalah jumlah produksinya yang tidak bisa secepat mesin tenun otomatis.
Sebagai pengrajin dan pengusaha kain tenun/songket, mereka berterima kasih telah diundang oleh Ketua Dekranasda Sumut untuk menunjukkan hasil kerajinan masing-masing dengan ciri khas tersendiri dari produknya. (Wl)