NATCOL: Inovasi Pasta Pewarna Alami untuk Kain Tenun dari Sumatera oleh Mahasiswa UNIMED

NATCOL: Inovasi Pasta Pewarna Alami untuk Kain Tenun dari Sumatera oleh Mahasiswa UNIMED
Sekelompok mahasiswa dari Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Medan (UNIMED) berhasil menciptakan sebuah inovasi yang memadukan kearifan lokal dan teknologi sederhana dalam bentuk produk pasta pewarna alami untuk kain tenun. (kliksumut.com/ist)

EDITOR: Wali

KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Sekelompok mahasiswa dari Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Medan (UNIMED) berhasil menciptakan sebuah inovasi yang memadukan kearifan lokal dan teknologi sederhana dalam bentuk produk pasta pewarna alami untuk kain tenun. Produk ini dinamai NATCOL, sebuah solusi ramah lingkungan yang diharapkan dapat menggantikan pewarna sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.

NATCOL merupakan hasil karya Agnes Normawati Silaban (Kimia 2021) sebagai ketua kelompok, bersama dengan Rahel Butar Butar (Pendidikan Administrasi Perkantoran 2023), Desni Paramitha Purba (Ilmu Komputer 2023), Nazwa Azhara (Pendidikan Kimia 2023), dan Enjelika Manullang (Pendidikan Kimia 2023). Mereka mendapatkan bimbingan dari Prof. Dr. Murniaty Simorangkir, MS melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) yang diselenggarakan oleh Simbelmawa.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Fakultas Ilmu Keolahragaan Unimed Revitalisasi Kurikulum Berbasis OBE

Pewarna Alami dari Limbah Lokal

Pasta pewarna alami NATCOL terbuat dari limbah daun ketapang, kulit buah pinang, dan kulit bawang merah. Ketiga bahan ini dapat menghasilkan tiga varian warna utama, yaitu merah tua, kuning, dan hitam. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Murniaty Simorangkir menunjukkan bahwa pewarna alami ini memiliki kualitas baik dalam ketahanan luntur terhadap pencucian sabun dan penyinaran matahari, menjadikannya alternatif yang efektif dan ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetis.

Praktis dan Terjangkau untuk Pengrajin Kain Tenun

NATCOL dirancang untuk mudah digunakan oleh pengrajin kain tenun ulos Batak dan songket tumtuman Tarutung. Selain praktis dan terjangkau, produk ini juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan dapat dengan mudah diakses oleh pengrajin serta UMKM. Dosen pendamping, Prof. Dr. Murniaty Simorangkir, sangat menganjurkan agar NATCOL segera diperkenalkan dan dipasarkan lebih luas kepada pengrajin kain tenun ulos dan songket.

Pemasaran dan Distribusi

Produk NATCOL telah mulai dipasarkan ke beberapa UMKM dan pengrajin ulos, seperti kelompok Tenun Pagabe Gompar Batu Pangaraja di Desa Napitipulu Gompar Pangaraja, Porsea, serta kelompok pengrajin tenun songket tuntuman Tarutung milik Ibu D. Simanjuntak di Tarutung. Selain itu, produk ini juga tersedia di beberapa kios di Kecamatan Porsea. Kerjasama telah dijalin dengan toko usaha ulos dan songket milik Ibu N. Panjaitan di Porsea dan toko ulos UD. PARNA di Medan Perjuangan.

BACA JUGA: Workshop Peningkatan Kompetensi Kehumasan, Perkuat Peran Humas untuk Kemajuan Unimed

Untuk memperluas jangkauan pemasaran, NATCOL juga dipromosikan secara online melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, Shopee, dan TikTok. Dengan memanfaatkan teknologi digital, diharapkan produk ini dapat menjangkau lebih banyak pengrajin dan UMKM di berbagai daerah.

Masa Depan NATCOL

Melihat ketersediaan bahan baku lokal yang melimpah dan pentingnya melestarikan budaya ulos dan songket Batak serta menjaga kelestarian lingkungan, produk NATCOL memiliki potensi besar untuk terus berkembang. Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi pewarna alami yang ramah lingkungan tetapi juga menjadi langkah konkret dalam melestarikan kearifan lokal dan mendukung keberlanjutan industri kain tenun tradisional.

UNIMED melalui program PKM-K terus mendorong mahasiswanya untuk berinovasi dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Dengan hadirnya NATCOL, diharapkan dapat membuka peluang baru bagi pengrajin kain tenun serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan produk ramah lingkungan.(KSC)

Pos terkait