Maret 2024, Cabai dan Bawang Merah Picu Inflasi di Sumut 3,67 Persen

Maret 2024, Cabai dan Bawang Merah Picu Inflasi di Sumut 3,67 Persen
Pedagang di Pasar Sukaramai membatasi ketersediaan cabai  dan bawang merah karena masih tingginya harga kedua komoditas tersebut. (foto kliksumut.com/swisma)

REPORTER: Swisma Naibaho
EDITOR: Wali

KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Berbagai komoditas secara umum di Sumatera Utara ( Sumut) menunjukkan terjadinya kenaikan pada Maret 2024.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, 8 Kabupaten/Kota terjadi inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) sebesar 3,67 persen, atau kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,86 pada Maret 2023 menjadi 106,63 di Maret 2024.

BACA JUGA: Pemprov Sumut Optimis Pengendalian Inflasi Tetap Terjaga

“Tingkat inflasi bulanan atau month to month ( m- to- m) sebesar 0,72 persen dan tingkat inflasi year to date 1,53 persen,” kata Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin, Senin (1/4/2024).

Bacaan Lainnya

Kemudian menyusul Deliserdang dengan inflasi 0,62 persen, Kota Pematangsiantar 0,61 persen, Kota Gunungsitoli 0,37 persen dan yang terendah ada Karo sebesar 0,12 persen.

Disebutkannya, tercatat inflasi tertinggi terjadi di Labuhanbatu sebesar 5,87 persen dengan IHK 110,50.

Sedangkan terendah di Deliserdang 2,89 persen. Di Medan inflasi tercatat 3,62 persen dan Pematangsiantar 3,84 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil atau pemicu inflasi y-on-y pada Maret 2024, antara lain cabai merah dan bawang merah.

Demikiian juga beberapa komoditas lainnya menyebabkam inflasi, seperti beras, daging ayam ras, telur ayam ras, Sigaret Kretek Mesin (SKM), cabai rawit, gula pasir, kentang, emas perhiasan, bawang putih serta cabai hijau.

Lebih lanjut Nurul merinci, inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu  makanan, minuman dan tembakau sebesar 8,15 persen.

Pada kelompok pakaian dan alas kaki 2,23 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 0,68 persen, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 1,01 persen, serta  kesehatan 1,18 persen.

Pada kelompok transportasi sebesar 0,47 persen, informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,04 persen,  rekreasi, olahraga dan budaya 1,69 persen, pendidikan 1,54 persen, penyediaan makanan, minuman/restoran 2,16 persen dan  kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 3,50 persen.

Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain ikan tongkol/ambu-ambu, udang basah, ikan dencis, tomat, ikan asin teri, bensin, sabun mandi cair, kerupuk (mentah) dan brokoli.

Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, antara lain tomat, beras, terong, bahan bakar rumah tangga, sandal kulit wanita, tembakau, bayam, udang basah dan sabun cair/cuci piring.

Dijelaskan Nurul, untuk beras andilnya 0,67 persen. Sedangkan cabai merah memberikan andil 0,61 persen.

Hasil pantauan di Pasar Sukaramai dan Pasar Halat Medan harga cabai merah dan bawang merah masih mengalami kenaikan.

Di kedua pasar tradisional itu harga cabai sekira Rp 45 ribuan per kilo.

Menurut pedagang cabai merah di Pasar Sukaramai, M boru Siregar, harga cabai itu saat ini sudah turun sekira 20 ribuan. Pada awal awal Maret lali sempat mencapai Rp 80 ribu per kilonya.

BACA JUGA: Tim Inflasi Sidak Harga Sembako di Pasar Tradisional

Sedangkan bawang merah sejak awal Maret hingga kini masih mahal mencapai Rp 40 ribu per kilo. Beda pada Januari dan Februari sekira Rp 27 ribuan per kilonya.

“Kedua harga komoditas tersebut saya prediksi masih mengalami kenaikan,terutama  menjelang Lebaran ini,” pungkasnya. (KSC)

Pos terkait