IDI Mencatat 114 Dokter Meninggal Pada Juli, Tertinggi Sepanjang Pandemi

JAGA JARAK. Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Skim Dosen Mengabdi FK USU, Dr dr Aida Fitri SpS (K), bersama anggota tim, menunjukkan cara berfoto dengan jaga jarak saat di masa Pandemi Covid-19.
JAGA JARAK. Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Skim Dosen Mengabdi FK USU, Dr dr Aida Fitri SpS (K), bersama anggota tim, menunjukkan cara berfoto dengan jaga jarak saat di masa Pandemi Covid-19. (dok)

JAKARTA | kliksumut.com Ketua Pelaksana Harian Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Mahesa Paranadipa Maikel mengatakan 114 dokter meninggal akibat COVID-19 hingga Sabtu (17/7). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi yang berlangsung sejak awal Maret tahun lalu.

Dikutip kliksumut.com dari voaindonesia.com bahwa total tercatat 545 dokter yang meninggal sejak pandemi Maret tahun lalu, dengan angka kematian tertinggi di Jawa Timur dengan 110 kematian, disusul Jakarta 83 kematian, dan Jawa Tengah 81 kematian. Sebagian besar dokter yang meninggal tersebut berjenis kelamin laki-laki.

“Ini data-data yang dilaporkan, belum termasuk data yang mungkin belum dilaporkan ke kami. Tapi data yang masuk ke kami angkanya sudah melebih 100 persen dari jumlah kematian bulan lalu,” jelas Mahesa dalam konferensi pers daring, Minggu (18/7/2021).

BACA JUGA: Ancaman PHK Massal di Depan Mata, Buruh Minta Gubsu Tidak Perpanjang PPKM Darurat

Mahesa menambahkan spesialisasi dokter yang banyak meninggal merupakan dokter umum, diikuti dokter kandungan, kebidanan, penyakit dalam dan bedah. Sebagian besar mereka berjenis kelamin laki-laki.

Tim mitigasi IDI juga mencatat ratusan tenaga kesehatan meninggal sepanjang pandemi, rinciannya perawat 445 orang, apoteker 42 orang, bidan 223 orang, dan tenaga laboratorium 25 orang.

Fasilitas Kesehatan Berpotensi Ambruk

Sementara Ketua Tim Mitigasi IDI Adib Khumaidi menyebut fasilitas kesehatan berpotensi kolaps (functional collapse). Ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu kapasitas yang berlebihan, keterbatasan obat dan alat kesehatan, serta keterbatasan sumber daya manusia.

Pos terkait