EDITOR: Wali
KLIKSUMUT.COM | BAKKARA – Jika luang waktu, berkunjunglah ke Bakkara, sebuah perkampungan Batak di lembah pebukitan Danau Toba. Selain menawarkan pesona keindahan alam dan udara sejuk, kawasan ini menyimpan situs sejarah yang tidak ternilai harganya.
Bakkara sebelumnya nama sebuah kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Dalam beberapa tahun terakhir, Kecamatan Bakkara berganti nama menjadi Bakti Raja, gabungan beberapa nama desa di kawasan tersebut yakni Desa Bakkara, Tipang dan Desa Lumban Raja.
Untuk menuju Bakkara, perjalanan darat dapat di tempuh dari Kota Medan menuju Kota Doloksanggul, ibukota Humbang Hasundutan dengan jarak tempuh mencapai 280,7 km atau sekitar 6 jam perjalanan. Sedang melalui udara, silahkan landing di Bandara Silangit, kemudian melanjutkan pernalanan darat ke Kota Doloksanggul, selanjutnya menyusuri jalan berkelok dan menurun ke Perkampungan Bakkara, kawasan lembah Danau Toba.
BACA JUGA: Peduli Kesehatan, Hendri Tumbur Simamora Bagikan Kacamata dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Destinasi pertama yang harus disinggahi adalah situs Istana Raja Sisingamangaja di Desa Lumban Raja. Meski bangunan istana tidak lagi berdiri utuh, terdapat situs Makam Raja Sisingamangaja ke 10 dan 11 yang terletak dilingkungan istana.
Tidak jauh dari situs Istana Raja Sisingamangaja, masih dalam Desa Lumban Raja, terdapat situs Tapak Gajah yang diyakini sebagai bekas tapak gajah peliharaan Sisingamangaja. Situs Tapak Gajah ini tergolong unik, karena mengeluarkan air secara terus-menerus sepanjang waktu, tidak mengenal musim, meski kemarau sekalipun.
Perjalanan dapat dilanjutkan dengan mengunjungi Goa Tombak Sulu-sulu di Desa Marbun Toruan, sebuah goa yang diyakini sebagai tempat kelahiran Ssisngamngaja I. Tempat ini kerap dikunjungi para pejiarah dengan berbagai keperluan. Sebagian untuk menghormati leluhur, namun tidak jarang untuk meminta kesaktian atau kedigjayaan.
Tidak hanya itu, lanjutkan perjalanan ke Aek Sipangolu, situs air keramat peninggalan Sisingamnaja di Desa Sinambela. Para pengunjung yang datang, umumnya akan membawa air Aek Sipangolu yang diyakini ampuh menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk sebagai bahan ramuan awat muda.
Jangan pulang dulu! Masih ada situs Makam Batu menyerupai rumah adat Batak di Desa Tipang. Situs ini juga memiliki sejarah tersendiri yang akan menambah wawasan dan pengetahuan akan sejarah Nusantara.
Perjalanan ini tentu akan melelahkan, tidak hanya fisik, namun juga psikis, karena tiap situs memiliki kisah dan historis tersendiri yang tidak lepas dari nuansa magis.
Untuk menyegarkan tubuh, kunjungi Air Terjun Janji di Desa Tipang. Kesegaran air ditingkahi suasana sejuk, akan mengembalikan kebugaran tubuh. Jika berminat, Anda dapat mandi, namun harus tetap menjaga etika kesopanan dan adat setempat agar terhindar dari marabahaya.
Bila memiliki waktu, jangan lewatkan berkunjung ke Pulau Simamora, juga terletak di Desa Tipang, sebuah pulau yang berada di sisi ceruk Danau Toba. Meski tidak menyediakan fasilitas hotel atau penginapan, pulau ini menyimpan kisah unik yang erat kaitannya dengan perjalanan hidup Raja Sisingamangaja.
Calon Bupati Humbang Hasundutan nomor urut 2, Dr. Hendri Tumbur Simamora, SE, M.Si, menyempatkan diri mengunjungi Perkampungan Bakkara, pada Senin (11/11/2024).
Kepada awak media, Hendri mengatakan, kawasan Bakkara menyimpan potensi luar biasa sebagai kawasan wisata berbasis adat dan sejarah. Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan, layak mengemas kawasan Bakkara menjadi destinasi wisata, tidak hanya bagi wisatasan local, namun juga menarik untuk wisatawan mancanegara.
“Selain kesuburan alamnya, Bakkara memiliki potensi destinasi wisata yang sangat besar. Pemerintah seharusnya dapat memanfaatkan hal ini dengan mengadakan event tahunan yang berfokus pada budaya dan sejarah lokal,” ujar Hendri.
Sebut saja story telling tentang Istana Sisingamangaraja, bisa menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Bukan sekadar cerita bahwa istana itu ada, tapi juga menceritakan sejarahnya yang panjang dan menarik.
“Di luar negeri, objek wisata sekecil apapun bisa sukses, kenapa tidak dengan situs sejarah yang kita miliki?” sebut Hendri.
Hendri juga menekankan pentingnya keterlibatan lembaga adat dalam pengembangan pariwisata di Bakkara, khususnya Raja Bius, yang memiliki peran penting dalam menjaga dan merawat tradisi lokal.
“Perlu diskusi dengan lembaga adat, bagaimana merancang kegiatan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat. Potensi ini layak jual,” tegas Hendri.
Namun, Hendri tidak menampik, perlu komitmen kuat dalam menyediakan sarana dan prasana pendukung, seperti akses jalan yang memadai, tidak terkecuali ketersediaan hotel dan penginapan dengan berbagai varian harga.
“Dengan begitu, taraf hidup dan perekonomian masyarakat juga akan meningkat. Tidak hanya bergantung dengan hasil pertanian semata,” tambah Hendri.
Pengembangan kawasan Bakkara menjadi destinasi wisata, tentu perlu mendapat dukungan berbagai pihak, tidak hanya pemangku kebijakan, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat setempat.
“Kita punya tanggungjawab memebekali masyarakat kemampuan dalam mengelola kawasan wisata. Salah satunya dengan membekali keilmuan bagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi pengunjung,” jelas Hendri.
Lebih jauh, Hendri mendorong Humbang Hasundutan menjadi pusat industri kerajinan lokal, seperti batik dan tenun, yang tidak hanya diproduksi di luar daerah, tetapi juga dihasilkan secara langsung di Humbang Hasundutan. Dengan demikian, akan tercipta lapangan kerja yang akan berdampak positif pada meningkatkan ekonomi daerah.
BACA JUGA: Hendri Tumbur Simamora Komitmen Akan Bantu Nasib Petani Bakkara
“Batik Batak, misalnya. Bisa menjadi ikon kerajinan khas Bakkara yang dapat dijual luas. Kita gali dan kembangkan motif khas dari Humbang Hasundutan yang dapat dijadikan sebagai identitas daerah,” harap Hendri.
Dengan pendekatan berbasis kearifan lokal dan sejarah, Hendri yakin, Bakkara akan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.
“Ini sebuah langkah strategis, tidak hanya akan meningkatkan sektor pariwisata, tetapi juga melestarikan kekayaan budaya dan tradisi kita sendiri,” tutup Hendri. (KSC)