Hati-Hati Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Hati-Hati Pensiun Dini PLTU Batu Bara
Cerobong asap pada PLTU Suralaya di Cilegon, Banten, menyemburkan asap ke udara dalam foto yang diambil pada 21 Desember 2021. PLTU tersebut terletak dekat dengan sejumlah pemukiman warga. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)

Butuh Perhitungan Matang

Saran untuk melakukan perhitungan lebih matang dalam memenuhi ambisi transisi energi juga disampaikan oleh pakar energi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Dr Tumiran. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) 2009-2019 ini mencatat, konsumsi energi Indonesia saat ini sekitar 1.025 KWH perkapita. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar 5 hingga 6 persen, naiknya produktivitas akan berkorelasi juga dengan peningkatan konsumsi energi.

Bacaan Lainnya

“Kalau kita memensiunkan dini PLTU, sementara nanti ke depan demand kita naik, itu pakai apa kita menutupnya yang berbasis base load, terutama untuk pulau Jawa. Pulau Jawa kita mau pakai energi terbarukan apa sebagai pengganti base load batubara,” ujarnya kepada VOA.

Membangun pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan sebagai pengganti batu bara saat ini bukan tugas yang mudah. Misalnya, pembangkit listrik tenaga air terkendala dalam pembangunan bendungan, karena kondisi sosial dan lingkungan yang semakin kompleks.

BACA JUGA: Perkuat Keandalan Sistem Jawa-Bali, PLN Bangun GITET 500 kV di Indramayu

Hitungan Tumiran, konsumsi yang saat ini berkisar 1.025 KWH perkapita itu, pada tahun 2050 dapat mencapai 5.000 KWH perkapita, dengan asumsi ekonomi yang terus tumbuh.

Dengan konsumsi sebesar itu, Indonesia akan membutuhkan pembangkit sebesar sekurangnya 300 sampai 350 giga watt. Jumlah kebutuhan itulah yang harus diperhitungkan PLN, karena angka tersebut tidak kecil. PLN dan pemerintah harus menghitung dengan cermat, sehingga keputusan yang dibuat betul-betul tepat, lanjut Tumiran.

Tumiran memberi contoh, China terus meningkatkan kapasitas PLTU mereka setiap tahun bertambah sekitar 50 giga watt sejak 2016.

“Dia sekarang sudah punya 1.200 gigawatt, dan dia enggak ada bicara retirement PLTU. Yang dia lakukan adalah komposisi kontribusi PLTU secara persentase turun, dengan akselerasi EBT,” urainya. (VOA)

Pos terkait