Empat Balita di Besitang Terkena Stunting: Faktor Ekonomi Jadi Sorotan Utama

Empat Balita di Besitang Terkena Stunting: Faktor Ekonomi Jadi Sorotan Utama
KUPT Puskesmas Besitang gelar pertemuan lintas sektoral membahas masalah stunting. (Foto: kliksumut.com/Ist)

REPORTER: Dody Ariandi
EDITOR: Wali

KLIKSUMUT.COM | LANGKAT – Kondisi memprihatinkan dialami oleh empat balita di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Keempatnya, yang tersebar di dua desa dan satu kelurahan, diketahui mengalami stunting—a kondisi di mana pertumbuhan fisik dan kognitif anak terhambat akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Temuan ini mengundang perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk Koordinator Program Keluarga Harapan (PKH) dan Puskesmas Besitang. Dalam pertemuan lintas sektoral yang digelar oleh UPT Puskesmas Besitang, diungkapkan bahwa latar belakang sosial ekonomi keluarga menjadi faktor utama yang menyebabkan stunting pada balita tersebut.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Polres Langkat Perketat Pengamanan di Kantor KPU dan Bawaslu Jelang Pilkada 2024

Faktor Sosial Ekonomi yang Memprihatinkan

Menurut dr. Safitri, Kepala UPT Puskesmas Besitang, keempat balita tersebut—berinisial Na (3), CB (2), RS (2), dan SZ (3)—berasal dari keluarga dengan penghasilan sangat rendah. “Orang tua mereka bekerja sebagai buruh harian lepas, bahkan beberapa di antaranya masih menumpang tempat tinggal,” ungkapnya.

Dari empat balita tersebut, dua di antaranya juga memiliki riwayat penyakit penyerta, seperti penyakit paru-paru dan langit-langit terbelah sejak lahir, yang membuat mereka kesulitan makan dan otomatis memengaruhi asupan gizi mereka.

Tantangan dalam Penanganan Stunting

Meskipun sudah ada upaya dari pihak Puskesmas untuk menangani kasus ini, dr. Safitri mengakui adanya tantangan dalam penanganannya. “Salah satu balita sudah dirujuk ke dokter spesialis anak dan dipastikan mengalami stunting. Namun, yang menyedihkan, masih ada orang tua yang menolak untuk membawa anaknya ke rumah sakit,” katanya.

Dr. Safitri menambahkan bahwa beberapa orang tua juga enggan membawa anaknya ke Posyandu untuk pemeriksaan rutin, yang seharusnya dilakukan setiap bulan. “Padahal, ini penting untuk memantau perkembangan anak dan mencegah kondisi stunting menjadi lebih buruk,” jelasnya.

Intervensi dan Upaya Pencegahan

Sejak bulan Juli, Puskesmas Besitang telah menyediakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa makanan ringan setiap hari untuk balita yang berisiko stunting. Selain itu, keluarga balita tersebut juga telah didaftarkan dalam program BPJS Kesehatan, yang sebelumnya belum mereka miliki.

BACA JUGA: Kontroversi Sengketa Lahan di Langkat: Dugaan Mafia Tanah dan Surat MA yang Dipalsukan

Tidak hanya itu, pihak desa juga ikut ambil bagian dalam upaya penanganan stunting dengan menggunakan dana desa untuk memberikan makanan tambahan bagi balita yang membutuhkan.

Kasus stunting di Besitang ini menjadi gambaran betapa pentingnya perhatian terhadap faktor ekonomi dalam kesehatan anak-anak. Upaya dari berbagai pihak, baik Puskesmas, pemerintah desa, maupun orang tua, sangat dibutuhkan untuk mencegah generasi masa depan terhambat oleh masalah gizi yang sebenarnya bisa diatasi sejak dini. Dr. Safitri berharap, dengan adanya kerjasama lintas sektoral, angka stunting di Kecamatan Besitang dapat ditekan dan anak-anak dapat tumbuh sehat dan optimal. (KSC)

Pos terkait