Deklarasi Bali Pemimpin G20 Mengutuk Perang di Ukraina

Deklarasi Bali Pemimpin G20 Mengutuk Perang di Ukraina
Presiden Indonesia Joko Widodo (tengah) dalam KTT para pemimpin G20 di Nusa Dua, Bali, 15 November 2022. (Dita Alangkara / POOL / AFP)

DENPASAR | kliksumut.com Setelah sempat diragukan akan lahir, sebuah deklarasi yang disebut Bali G20 Leader Declaration akhirnya disepakati pada KTT G20. Inti deklarasi ini adalah pernyataan mengutuk invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi sejak Februari 2022.

Presiden Joko Widodo menyampaikan hasil pertemuan puncak itu dalam sesi pertemuan dengan media di Media Center G20, Rabu (16/11). Duduk didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jokowi menjelaskan alotnya pengambilan kesepakatan, karena pokok persoalan yang mendasari pentingnya deklarasi ini adalah invasi Rusia ke Ukraina.

“Diskusi mengenai hal ini, berlangsung sangat-sangat alot sekali dan akhirnya para pemimpin G20 menyepakati isi deklarasi. Yaitu, condemnation perang di Ukraina karena telah melanggar batas wilayah. Melanggar integritas wilayah,” kata Jokowi dikutip kliksumut.com dari voaindonesia.com.

BACA JUGA: Presiden RI Joko Widodo Buka KTT G20

Perang di Ukraina, kata Jokowi, telah mengakibatkan penderitaan rakyat dan memperberat ekonomi global yang masih rapuh akibat pandemi. Perang juga menimbulkan resiko krisis pangan, krisis energi dan potensi krisis finansial.

“Oleh karena itu G20, membahas dampak perang terhadap kondisi perekonomian global, dan beberapa hasil yang konkret telah dihasilkan,” tambahnya.

Di antara hasil kongkret itu adalah terbentuknya Pandemic Fund, yang hingga saat ini telah terkumpul hingga $1,5 miliar. Kemudian pembentukan dan operasionalisasi Resilient and Sustainability Trust di bawah IMF, dengan dana $81,6 miliar. Tujuannya adalah untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis. Khusus untuk Indonesia, dibentuk Energy Transition Mechanism, yang memperoleh komitmen dari Just Energy Transition Program, sebesar $20 miliar.

Dalam isu lingkungan, sebagian komitmen yang disepakati adalah setidaknya 30 persen wilayah daratan dan 30 persen wilayah lautan dunia akan dilindungi di tahun 2030.

“Ini sangat bagus, dan melanjutkan komitmen mengurangi degradasi tanah sampai 50 persen tahun 2040 secara sukarela. Saya kira hasil yang konkrit itu, meskipun banyak sekali sebetulnya hasil-hasil yang lainnya,” tambah Jokowi.

Insiden Polandia Berdampak

Hari kedua penyelenggaraan KTT G20 diwarnai ketegangan dan ketidakpastian agenda, karena insiden jatuhnya rudal di Polandia. Negara-negara anggota G7 dan NATO, melakukan pertemuan darurat di Bali untuk membahas insiden itu. Penanaman mangrove yang sedianya digelar pagi hari, terpaksa ditunda hingga sekitar tiga jam menunggu para pemimpin G7 dan NATO selesai bertemu.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov yang menjadi pemimpin delegasi, memutuskan untuk pulang lebih awal. Memang tidak seluruh pimpinan delegasi nampak hadir di lokasi penanaman bakau (mangrove). Diantara yang terlihat adalah Presiden AS Joe Biden, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri India, Narendra Modi, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, PM Jepang Fumio Kishida, PM Australia Anthony Albanese, PM Italia Giorgia Meloni, PM Spanyol Pedro Sanchez, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Belanda Mark Rutte, dan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yaitu 3,3 juta hektare.

“Yang ini sebelumnya adalah area tambak ikan, area yang terabrasi. Kemudian sekarang menjadi rumah bagi rumah 33 spesies pohon mangrove yang juga menjadi rumah bagi lebih dari 300 fauna seperti ikan, udang, burung, monyet, ular. Semua bisa hidup di hutan mangrove,” kata Presiden dalam keterangan pers usai mengunjungi acara menanam mangrove.

Mayoritas pemimpin datang mengenakan kaos berkerah warna putih yang telah didistribusikan. Joe Biden tampil beda, dengan jas dan kemeja biru muda. Meski kemudian melepas jas, karena cuaca cukup panas.

Penanaman mangrove adalah semacam simbol komitmen bersama mengatasi perubahan iklim global. Mangrove mampu menyerap karbon, memproteksi daratan dari erosi, menjadi hunian biota laut, dan mencegah abrasi laut.

Sejumlah negara memiliki area mangrove cukup luas seperti Brazil (1,3 juta Ha), Nigeria (1,1 juta Ha), Australia (0,97 juta Ha), dan Bangladesh (0,2 juta Ha).

Pos terkait