Debat Kedua Pilgub Sumut Memanas: Saling Tuding, Lapor, dan Sorotan Cipayung Plus atas Pengamanan

Debat Kedua Pilgub Sumut Memanas: Saling Tuding, Lapor, dan Sorotan Cipayung Plus atas Pengamanan yang Dinilai Gagal
Kedua kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara. (kliksumut.com/ist)

CATATAN REDAKSI
Oleh: Waliyono, S.Sos., M.I.Kom

KLIKSUMUT.COM | MEDAN – Debat kedua Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) tahun 2024 pada hari Rabu, 6 Nopember 2024 kemarin berlangsung panas. Pertemuan yang seharusnya menjadi ajang adu gagasan dan visi-misi ini berubah menjadi sesi saling tuding antara pasangan calon, yang berujung pada tindakan saling lapor ke pihak berwajib. Situasi kian memburuk setelah debat selesai, menciptakan suasana chaos yang mendapat sorotan tajam dari kelompok Cipayung Plus. Kelompok ini menilai bahwa pihak kepolisian gagal dalam menjaga ketertiban selama dan setelah debat berlangsung.

Saling Tuding di Panggung Debat: Debat Kedua Pilgub Sumut yang Memanas

Debat kedua Pilgub Sumut tahun ini menyuguhkan suasana yang jauh dari kata kondusif. Kedua pasangan calon, yang sebelumnya diharapkan memberikan argumen kuat mengenai visi dan program, justru terlihat lebih sering melontarkan tudingan terhadap satu sama lain. Isu-isu lama yang telah menjadi polemik antara kubu kedua pasangan calon kembali mencuat, seperti banjir, permasalahan infrastruktur yang tak kunjung selesai, hingga kinerja pemerintah daerah yang dipertanyakan, bahkan permasalahan bisnis diluar Sumatera Utara.

BACA JUGA: Debat Publik Kedua Pilgub Sumut 2024: Kesempatan Emas Kandidat Yakinkan Rakyat

Tudingan dan sindiran yang terjadi di panggung debat semakin membakar emosi para pendukung masing-masing calon. Terlihat jelas bahwa ketegangan tak hanya terjadi antara para kandidat, tetapi juga di antara para pendukung yang hadir dalam acara debat tersebut.

Saling Lapor ke Pihak Berwajib: Pertikaian yang Berlanjut di Luar Panggung

Tak hanya selesai di panggung debat, perseteruan antara kedua pasangan calon ini berlanjut hingga ke ranah hukum. Menyusul pernyataan-pernyataan yang dilontarkan selama debat, kedua kubu secara bergantian melayangkan laporan ke pihak berwajib. Mereka menuduh satu sama lain melakukan pelemparan kepada kubuh sebelah dan saling lapor melapor pun terjadi.

Saling lapor ini bukan hanya menambah kompleksitas persaingan Pilgub Sumut, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat akan dampak buruk dari perdebatan yang semakin tak terkendali. Masyarakat berharap proses Pilgub dapat berjalan dengan adil dan transparan tanpa harus disertai dengan konflik yang berkepanjangan.

Cipayung Plus: Sorotan Tajam Terhadap Keamanan yang Dianggap Gagal

Salah satu kelompok yang memberikan perhatian khusus terhadap chaos yang terjadi usai debat adalah Cipayung Plus, gabungan organisasi mahasiswa yang terkenal vokal dalam isu-isu demokrasi dan hak masyarakat. Cipayung Plus menyayangkan situasi kericuhan yang terjadi setelah debat berakhir, bahkan menyatakan kekecewaannya atas kinerja aparat keamanan dalam mengamankan situasi. Menurut Cipayung Plus, seharusnya aparat kepolisian mampu memprediksi dan mencegah adanya gesekan antarpihak yang terjadi selama dan sesudah debat berlangsung.

Dalam pernyataannya, perwakilan Cipayung Plus menganggap kepolisian kurang sigap dalam mengendalikan situasi, terutama setelah perdebatan memanas di panggung debat. Kegagalan ini dianggap mencederai citra demokrasi Sumatera Utara, mengingat debat calon gubernur seharusnya menjadi forum adu gagasan yang sehat, bukan ajang bentrok fisik atau saling lapor yang tidak produktif.

Reaksi Masyarakat dan Dampak Terhadap Elektabilitas

Ketegangan dalam debat kedua ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Di satu sisi, ada pendukung masing-masing calon yang semakin loyal karena merasa bahwa calonnya menjadi korban dari serangan lawan. Namun di sisi lain, masyarakat yang awalnya netral mulai merasa kecewa dengan dinamika yang terjadi, menganggap bahwa kedua pasangan calon lebih mementingkan serangan pribadi daripada menyampaikan program-program unggulan.

Ketegangan ini juga berpotensi mempengaruhi elektabilitas kedua pasangan calon. Masyarakat Sumatera Utara yang sudah jenuh dengan politik praktis cenderung mencari pemimpin yang mampu menjaga ketenangan dan menyajikan solusi nyata bagi permasalahan daerah, bukan yang sibuk menyerang dan saling menjatuhkan. Dalam situasi ini, pasangan calon yang mampu mempertahankan sikap tenang dan menyajikan visi yang kuat kemungkinan besar akan mendapatkan dukungan yang lebih luas.

Harapan Akan Debat Ketiga: Demokrasi yang Sehat dan Kondusif

Masyarakat dan berbagai elemen sipil, termasuk Cipayung Plus, kini berharap debat ketiga dapat berjalan lebih baik dengan pengawasan ketat dari aparat keamanan serta aturan yang lebih tegas dari KPU Sumut. Masyarakat berharap debat ketiga tidak lagi diwarnai kericuhan dan saling tuding, melainkan menjadi ajang bagi para kandidat untuk membuktikan komitmen mereka dalam membangun Sumatera Utara.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Debat Pertama Pilgub Sumut 2024: Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala vs Bobby Nasution-Surya, Adu Visi dan Misi untuk Sumut yang Lebih Sejahtera

Dalam rangka menjaga iklim demokrasi yang sehat, diperlukan kerja sama antara penyelenggara pemilu, aparat keamanan, dan masyarakat luas agar situasi kondusif tetap terjaga. Terlebih, pemimpin yang terpilih kelak harus mampu menunjukkan integritas dan kepemimpinan yang mencerminkan harapan rakyat Sumatera Utara. Dengan debat yang lebih kondusif dan pengamanan yang lebih baik, masyarakat bisa mendapat kesempatan untuk memilih calon pemimpin yang benar-benar siap menghadapi tantangan dan membawa perubahan nyata bagi Sumatera Utara.

Catatan redaksi menyimpulkan bahwa Debat kedua Pilgub Sumut yang berlangsung panas memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kedewasaan dalam berpolitik dan komitmen terhadap demokrasi yang sehat. Harapan besar ada pada para kandidat untuk menunjukkan kepemimpinan yang dewasa dan pada pihak berwajib untuk mampu menjaga situasi agar aman dan kondusif. Masyarakat Sumatera Utara berhak mendapatkan pemimpin yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bijaksana dalam menghadapi setiap persoalan, termasuk saat berada di panggung debat yang penuh dinamika. (**)

Pos terkait