Dampingi Menteri BUMN Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah, Wagubsu Minta Lebih Banyak Lagi Pabrik di Sumut

Dampingi Menteri BUMN Resmikan Pabrik Minyak Makan Merah, Wagubsu Minta Lebih Banyak Lagi Pabrik di Sumut
Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah mendampingi Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan Pabrik Minyak Makan Merah PTPN di Pagar Merbau, Kabupaten Deliserdang, Jumat (6/1/2023).

DELISERDANG | kliksumut.com Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah mendampingi Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan Pabrik Minyak Makan Merah PTPN di Pagar Merbau, Kabupaten Deliserdang, Jumat (6/1/2022).

Dalam peresmian itu, pria yang akrab disapa Ijeck tersebut, mengharapkan agar pabrik yang sama bisa dibuat juga di beberapa daerah lainnya di Sumut, mengingat perkebunan di Sumut cukup banyak. “Tadi saya sempat berbincang bahwa ternyata harga minyak makan merah ini lebih murah. Beda sekitar Rp2.000 dengan harga minyak curah pada umumnya. Dan ini lebih sehat juga,” ujar Ijeck.

BACA JUGA: Menteri BUMN: Soal Disrupsi, Indonesia Harus Punya Ekosistem dan Roapmap Sendiri

Dikatakannya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut berterima kasih kepada Pemerintah Pusat, khususnya Kementerian BUMN yang sudah meresmikan pabrik minyak makan merah yang pertama di Sumut tersebut. “Kebetulan ini di Deliserdang. Jadi masyarakat kita yang menikmati pertama dan semoga bisa membantu masyarakat kita, serta tidak ada lagi kelangkaan minyak makan,” harapnya.

Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir dalam kesempatan itu mengatakan, dengan diresmikannya pabrik minyak makan merah ini, maka ke depan tidak boleh terjadi lagi kelangkaan minyak goreng.

Ia juga membuat terobosan, bahwa ke depan setiap 1.000 hektare lahan sawit, harus ada satu pabrik minyak makan merahnya. Terobosan ini dibuat agar BUMN bisa ikut mengintervensi ekonomi, khususnya dalam kelangkaan minyak goreng. Karena seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, Kementerian BUMN tidak bisa ikut terlibat.

“Dengan ini kita tetap melibatkan ekonomi rakyat yakni petani. Jangan petani dijadikan posisinya sebagai objek. Kalau kampanye selalu bilang petani. Udah jadi malah lupa. Ini yang kita mau keberlanjutannya,” ujarnya.

Pos terkait