AS Beli 3 Juta Barel Minyak Mentah Untuk Tambah Cadangan

AS Beli 3 Juta Barel Minyak Mentah Untuk Tambah Cadangan
Sebuah tangki penyimpanan minyak dan peralatan pipa minyak mentah terlihat selama tur di Cadangan Minyak Strategis di Freeport, Texas. (Foto: Reuters)

AMERIKA SERIKAT | kliksumut.com Pemerintahan Presiden Joe Biden pada Jumat (16/12) mengatakan pihaknya membeli 3 juta barel minyak untuk mengisi kembali cadangan minyak strategis (SPR) AS yang telah digunakan pada awal tahun. AS melepas cadangan minyaknya pada awal tahun ini untuk mengendalikan kenaikan harga BBM yang melejit seiring dengan pengurangan produksi OPEC dan pemberlakukan larangan impor minyak Rusia.

Dikutip kliksumut.com dari voaindonesia.com bahwa Presiden Joe Biden melepas 180 juta barel dari cadangan minyak strategis AS mulai Maret, menyebabkan volume stok minyak negara tersebut mencapai level terendah sejak 1980-an. Para pejabat mengatakan pembelian minyak mentah, yang akan dimulai pada Januari, akan mulai mengisi cadangan AS dan kemungkinan Washington juga akan membeli volume tambahan lainnya.

BACA JUGA:Diteken Presiden AS, Panel Surya Indonesia Siap Bersaing di Amerika Serikat 

Bacaan Lainnya

Departemen Energi menyebut pembelian itu “kesepakatan yang bagus untuk pembayar pajak AS” karena harganya akan lebih rendah dari rata-rata $96 per barel yang dijual untuk minyak AS. Pengisian cadangan minyak strategis AS juga akan memperkuat keamanan energi negara tersebut, kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.

Harga minyak global naik bahkan sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari lalu. Ketika Biden mengumumkan kebijakan larangan impor minyak Rusia pada awal Maret, dia mengakui hal tersebut akan merugikan konsumen AS.

BACA JUGA: Bertemu Duta Besar Amerika Serikat, Mendag Zulhas: Sepakat Pererat Hubungan Ekonomi di Kawasan

Pemerintah Biden telah melepas 180 juta barel cadangan minyak pada Oktober. Volume cadangan minyak AS saat ini berada di angka 400 juta barel minyak, turun dari angka sebelumnya, yaitu lebih dari 600 juta pada akhir 2021, menurut Departemen Energi. (VOA)

Pos terkait