ABK Meninggal dan Dibuang ke Laut, Relawan Jokowi Desak Pemerintah Panggil Dubes Cina

Ketua Umum Relawan Indonesia Kerja (RIK) Sahat Simatupang (kiri) dan Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil (Kanan)
Ketua Umum Relawan Indonesia Kerja (RIK) Sahat Simatupang (kiri) dan Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil (Kanan)


JAKARTA | kliksumut.com – Ketua Umum Relawan Indonesia Kerja (RIK) Sahat Simatupang mendesak pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar Tiongkok (Cina) meminta penjelasan kabar pelarungan 3 ABK kapal China di laut lepas dan dugaan perlakuan buruk yang dialami para anak buah kapal penangkap ikan milik Cina.

Sebelumnya Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengutuk peristiwa tersebut.

Menurut Yaqut,dalam keterangannya, Kamis (7/5/2020), tragedi kemanusiaan yang menimpa 18 ABK asal Indonesia tersebut adalah bentuk-bentuk perbudakan modern (modern slavery) dan diduga keras telah terjadi tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Namun menurut Sahat, pemerintah Indonesia, DPR maupun organisasi yang bersimpati pada kasus tiga ABK yang sakit dan meninggal lantas dibuang ke laut, tidak boleh hanya menunggu penjelasan atau klarifikasi dari perusahaan pemilik kapal ikan Cina tersebut.

Baca juga : Cegah Warga Keluar Rumah, Relawan Jokowi Usulkan Pinjam Anjing Hendropriyono dan Ketegasan OJK

“Pemerintah melalui Menteri Luar Negeri bisa segera memanggil Dubes Cina di Indonesia. Harus dimintai penjelasan yang sebenarnya kenapa ketiga pekerja kapal yang sakit sampai meninggal lantas dibuang ke laut,” kata Sahat, Kamis (7/5/2020).

Pemerintah, ujar Sahat harus melindungi pekerja Indonesia diatas kapal ikan berbendera asing karena rentan diperlakukan sangat buruk.

“Saya mendapat informasi dari ABK warga Indonesia yang pernah bekerja di kapal Cina dan Korea Selatan yang diperlakukan buruk dan tidak manusiawi bahkan sering mendapat hukuman dihujani dengan gancu,” kata mantan Direktorat Relawan Tim Kampanye Jokowi – Ma’ruf Amin Sumatera Utara ini.

Sahat yakin banyak sekali kisah pilu kru kapal WNI yang bekerja di kapal asing namun tidak pernah terungkap media.

“Kita berterimakasih kepada stasiun televisi MBC dan YouTuber Jang Hansol di kanalnya, Korea Reomit yang membuka informasi kematian ketiga ABK Indonesia,” kata Sahat. 

Sahat khawatir jika pemerintah tidak segera bersikap berdampak pada sentimen negatif hubungan Indonesia – Cina.

“Indonesia terlanjur dianggap tunduk dan takut pada Cina. Jangan kesempingkan suara – suara itu jika Indonesia ingin jadi bangsa yang kuat.” kata Sahat.

Kematian tiga ABK Indonesia di atas kapal ikan Cina dan jenazahnya dibuang ke laut, ujar Sahat sebagai perbuatan yang bisa di-elakkan sesuai ketentuan Internasional  medical guide for ships maupun kitab undang – undang hukum dagang (KUHD) dan peraturan pelayaran internasional. 

“Jika ada pelaut atau kru kapal yang meninggal dapat disimpan di dalam freezer sampai tiba di pelabuhan berikutnya dan dapat dikremasi dan abunya diberikan kepada pihak keluarga, tidak serta merta di buang ke laut,” tutur pemerhati maritim ini.

“Tidak ada cukup alasan membuang mayat di laut termasuk jika itu kesepakatan kerja di perusahaan kapal ikan Cina,” kata Sahat.

“Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perhubungan, Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia harus melindungi nasib dan keselamatan anak buah kapal,” ujar Sahat.

Sebuah video yang dirilis oleh stasiun televisi MBC dan diulas oleh YouTuber Jang Hansol di kanalnya, Korea Reomit, pada Rabu waktu setempat (6/5/2020) memberikan tajuk “Eksklusif, 18 jam sehari kerja. Jika jatuh sakit dan meninggal, lempar ke laut”.

Dalam terjemahan yang dipaparkan Hansol, pihak televisi menyatakan dibutuhkan adanya penyelidikan internasional untuk memastikan kabar itu

Dalam berita, video itu disebutkan bertanggal 30 Maret 2020  di Samudera Pasifik bagian barat, di mana terdapat sebuah kotak dibungkus kain merah.

Berdasarkan terjemahan dari Hansol, kotak yang ditempatkan di geladak kapal adalah Ari, pria yang berusia sekitar 24 tahun.

Setelah melakukan sedikit “upacara”, jenazah Ari kemudian dibuang ke tengah laut. “Dan Mas Ari menghilang di tempat yang kita tidak tahu kedalamannya,” kata Hansol menirukan pembawa suara.

Dalam video tersebut, sebelum Ari meninggal sudah ada Al Fatihah yang disebut berusia 19 tahun dan Sepri 24 tahun di mana mereka juga dibuang ke laut ketika meninggal.

Menurut pria yang bersaksi di video, rekannya mengalami pembengkakan di bagian kaki sebelum menjalar ke tubuh dan mengalami sesak.

Baca juga : Relawan Imbau Pendukung Jokowi Kawal Kabinet, Bukan Membubarkan Diri

Dalam tayangan itu, disebutkan bahwa pelaut dari Cina minum air kemasan botolan. Namun kru kebangsaan Indonesia diminta minum air laut.

Dalam tayangan itu juga disebutkan bahwa kru kebangsaan Indonesia bekerja sehari selama 18 jam, di mana si pelaut menuturkan dia pernah berdiri selama 30 jam. (Tim)

Pos terkait